34 Tahun Pasang Surut Pisa SC: Promosi ke Serie A, Pippo Inzaghi, dan Bendera Palestina

Presiden Pisa, Giuseppe Corrado dan Pippo Inzaghi mengangkat trofi juara Serie B musim ini. (Foto/Pisa)

LUDUS – Penantian panjang klub asal kota Pisa, Toskana, yang dikenal Pisa SC selama lebih dari tiga dekade berbuah manis. Tim berjuluk Torri atau Menara, kembali menjejakkan kaki di panggung tertinggi sepak bola Italia, Serie A.

Pisa terakhir kali berlaga di Serie A pada musim 1990/91, kembali ke kasta tertinggi sepak bola Italia setelah 34 tahun vakum. Prestasi ini merupakan babak baru yang manis bagi tim asuhan Filippo Inzaghi, legenda Italia.

Kembalinya Pisa ke dalam jajaran elite sepak bola Italia adalah momen yang sarat emosi bagi para pendukungnya. Begitu juga bagi Filippo Inzaghi, pencapaian ini bukan hanya prestasi, tetapi juga sejarah.

Kisah Pisa adalah narasi klasik tentang jatuh dan bangkitnya sebuah klub. Setelah terdegradasi dari Serie A pada awal dekade 90-an, Pisa sempat berjuang di Serie B, tetapi krisis keuangan parah menghantam mereka pada musim 1993/94.

Baca juga: Hasil Final Coppa Italia: AC Milan vs Bologna 0-1, Buah Manis Penantian 51 Tahun I Rossoblu

Akibatnya, Pisa harus memulai lagi dari divisi amatir Eccellenza, kasta kelima dalam piramida sepak bola Italia. Pencapaian yang menyakitkan bagi Pisa dan titik terendah bagi semua pendukung klub.

Selama bertahun-tahun, perjalanan Pisa bak perjuangan tak kenal lelah. Dari Eccellenza menapak ke Serie C2 pada 1996, lalu naik lagi ke Serie C1 pada 1999.

Tapi berkali-kali pula Pisa harus menelan pahitnya keterpurukan. Termasuk saat terdegradasi dan dikeluarkan dari Federasi Sepak Bola Italia pada 2009 karena permasalahan keuangan.

Namun semangat di kota Pisa tak pernah padam. Klub dibentuk ulang dan memulai sejarah baru dari Serie D. Secara perlahan, Pisa kembali merangkak naik ke kasta profesional.

Baca juga: Penangkal Bola Mati Inter Milan Bikin Arsenal Kena Senjata Makan Tuan

Pada 2016, Pisa sempat kembali ke Serie B, tapi hanya bertahan semusim. Kebangkitan sejati baru datang beberapa tahun kemudian.

Musim Ajaib dengan Pippo Inzaghi

Pippo Inzaghi dielu-elukan pemain Pisa setelah promosi ke Serie A. (Foto/Pisa)

Musim 2024/25 menjadi titik kulminasi atas kerja keras dan kesabaran panjang perjalanan Pisa. Pippo Inzaghi, legenda AC Milan dan timnas Italia, datang ke Pisa pada Juli 2024 menggantikan Alberto Aquilani.

Dalam waktu kurang dari setahun, dia membentuk skuad yang solid, disiplin, dan berani. Melalui tangan Pippo Inzaghi, Pisa bermain konsisten. Dari 36 pertandingan, mereka mencatat 22 kemenangan, 6 hasil imbang, dan hanya 8 kali kalah.

Dengan total 72 poin, Pisa hanya terpaut 10 angka dari sang juara, Sassuolo. Tapi bagi Pisa, tempat kedua sudah lebih dari cukup, karena itu artinya promosi langsung ke Serie A.

Salah satu pilar penting dalam skuad Pippo Inzaghi musim ini adalah Matteo Tramoni, gelandang serang asal Prancis yang telah mencetak 13 gol. Kontribusinya membawa Pisa menjadi salah satu tim paling tajam di Serie B dengan torehan 59 gol sejauh ini.

Kepiawaian Pippo Inzaghi dalam mengatur strategi dan membangun mental pemenang di ruang ganti membuatnya kembali mendapat label “spesialis promosi”. Sebelumnya, dia juga sukses membawa Benevento ke Serie A pada musim 2019/20.

“Tentu saja, dia memiliki kontrak yang panjang. Dia telah menemukan kembali kenikmatan kesuksesan berkat Pisa.” Giuseppe Corrado, Presiden Pisa.

Kini, dia mengulang kesuksesan itu di kota Menara Miring. Pencapain ini membuat Presiden Pisa, Giuseppe Corrado, memastikan Pippo Inzaghi menjadi juru racik klub di Serie A musim depan.

Secara berkelar, Corrado mengatakan pihaknya hanya akan melepas Pippo jika ada tawaran dari Manchester City. “Jika ada tawaran dari Manchester City, saya akan membiarkannya pergi, itu tampaknya adil,” ujarnya.

“Tentu saja, dia memiliki kontrak yang panjang. Dia telah menemukan kembali kenikmatan kesuksesan berkat Pisa,” lanjut dilansir dari Football-Italia.

Bendera Palestina Berkibar di Pisa

Pippo Inzaghi mengibarkan bendera Palestina saat perayaan promosi Pisa ke Serie A. (Foto/Pisa)

Momen bersejarah Pisa juga tak lepas dari ‘perlawanan’ dan rasa solidaritas klub kepada Palestina. Saat pesta promosi berlangsung di atas bus parade klub yang melintasi jalanan kota Pisa, ada satu momen yang menyita perhatian dunia, Pippo Inzaghi mengibarkan bendera Palestina.

Aksi tersebut bukan sekadar simbolik. Pisa dikenal sebagai klub dengan basis suporter yang vokal dan aktif menyuarakan solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina. Tak jarang, bendera Palestina berkibar di tribun-tribun Stadion Arena Garibaldi saat tim bermain, menjadi bagian dari identitas kultural klub ini.

Tindakan Pippo Inzaghi mengangkat bendera Palestina saat perayaan dianggap sebagai perwujudan empati dan dukungan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Meskipun dirinya dikenal sebagai sosok yang jarang bersuara di ranah politik, momen itu menunjukkan bahwa ia memiliki keberpihakan dalam isu-isu global.

Menatap Serie A

Tantangan baru menanti Pisa. Serie A bukanlah kompetisi yang mudah. Namun dengan pondasi yang kuat dan kepemimpinan Pippo Inzaghi, banyak yang percaya bahwa Pisa tidak sekadar akan menjadi tim pelengkap di papan bawah.

Para pemain, official, dan staf pelatih berfoto bersama di depan tribun tifosi Pisa setelah klub memastikan diri promosi ke Serie A. (Foto/Pisa)

Sejumlah pemain potensial telah menunjukkan sinyal siap bersaing di level yang lebih tinggi. Ditambah lagi, atmosfer kota Pisa yang kini penuh euforia bisa menjadi kekuatan tambahan bagi klub untuk tampil kompetitif di Serie A musim depan.

Pisa perlu berbenah lebih mendalam agar tak sekadar numpang lewat di Serie A. Kasta tertinggi ini bukan rimba yang mudah bagi semua partisipannya.

Kegagalan di Serie A bisa saja berimbas ke mana-mana. Sampdoria menjadi contohnya. Il Samp terjun bebas ke Serie C setelah mengalami dua musim buruk di Serie B,

Sampdoria terdegradasi ke Serie B pada musim 2022/23. Alih-alih langsung Kembali ke Serie A, Sampdoria sempat mengalami hasil buruk di pekan-pekan awal Serie B. Beruntung anak asuh Andrea Pirlo itu bisa finis di posisi ke-7.

Kini, Sampdoria malah terjun bebas ke Serie C. Kondisi finansial yang kurang baik disinyalir membuat presiden Matteo Manfredini cukup irit belanja. Kondisi ini tak menolong pelatih Alberico Evani untuk meramu tim dengan baik.

Kembali ke Pisa, mereka harus bisa bersaing di level Serie A. Tidak hanya mempersiapkan tim dengan baik, tetapi juga harus bisa membangun finansial yang rapi agar perekonomian klub berjalan baik dan bisa mengarungi Serie A yang kompetitif.

Laporan: Gerry Putra


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.