“Ini saya anggap sebagai bentuk inisiatif dari kita, bagian dari ASEAN Chess Confederation. Kita sambut baik kerja sama ini, ya kita saling berbagi kewajiban, berbagi tugas seperti apa. Sekarang kita jadi tuan rumah, jadi penyelenggara, sediakan akomodasi, mereka siapkan sertifikat”

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id
Kristianus Liem, Direktur Sekolah Catur Utut Adianto (SCUA), bersama dengan owner SCUA Eka Putra Wirya dan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Grand Master Utut Adianto, menyambut baik ajakan kerja sama Penang Chess Association (PCA) untuk menggelar pertandingan persahabatan Dwitarung Catur atau pertandingan yang mempertemukan dua orang atau dua tim yang bertajuk FIDE Rated Friendly Match SCUA vs PCA di Sekolah Catur Utut Adianto, di Bekasi, awal Maret lalu, selama satu pekan.
“Mereka (PCA) kan tahu, Indonesia tuh caturnya jauh lebih bagus dari Malaysia, mereka belum punya Grand Master kita sudah banyak, di SEA Games juga kita selalu di atas Malaysia dalam hal prestasi. Teh In-hooi, ketua klub, bilang mereka lagi libur sekolah, muncul ide, gimana kalau pertandingan persahabatan tapi hitung rating karena internasional ya, Fide Rated. Kita menyambut baik karena dari kita menganggapnya gini, Pak Utut Adianto kan sekarang Presiden FIDE (Fédération Internationale des Échecs atau Federasi Catur Dunia) Zona 3.3, itu ada 17 atau 18 negara ASEAN Plus,” jelas Kristianus, yang juga Vice President ASEAN Chess Confederation.

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id
Dwitarung dua negara ini adalah soal pembinaan para pecatur muda di wilayah Asia Tenggara. Sebab, setelah pandemi, sekarang, ASEAN Chess Confederation (ACC) mulai aktif lagi untuk memasyarakatkan catur di kawasan Asia Tenggara. “Event ini jelas akan memunculkan ke permukaan akan geliat catur di negara-negara Asean yang sangat masif dan merintis langkah konkret partneship, yang nantinya bisa dikembangkan lebih luas bersama-sama negara Asean lainnya,” ungkap Kristianus.
Dalam pertandingan persahabatan tersebut, SCUA menurunkan atlet-atlet mudanya. Total ada 20 atlet yang diturunkan, terbagi dari 10 atlet untuk tim yang diberi nama Garuda Muda, dan masing-masing lima atlet untuk tim Garuda Merah serta Garuda Putih. Hal ini dilakukan demi memberi kesempatan kepada para atlet untuk merasakan bagaimana berhadapan dengan lawan di level internasional. Sedangkan PCA sendiri hanya menurunkan 5 atlet andalannya. Kelima atlet PCA pun bermain menghadapi seluruh pemain-pemain dari SCUA. Seluruh pertandingan dimainkan dengan lima babak.
Kata Kristianus Liem, kenapa Indonesia menurunkan pecaturnya lebih banyak, karena untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk siswa SCUA menimba ilmu dan pengalaman di event ini.

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id
Diakui Kristianus Liem, yang jjuga sebagai pelatih catur, ajang ini sangat penting, sebab dijadikan pengalaman dan proses pembelajaran mereka. Pecatur junior Indonesia mendapat kesempatan bertanding di tingkat internasional, yang kenyataannya sangat minim.
“Kalau mereka mau cepat maju, mesti ada pertandingan model internasional, karena bukan hanya secara teknik yang bagus, bisa memetik manfaat, tapi juga non teknis dari sisi psikologis. Biasanya, orang yang sudah pernah bertanding dengan pemain luar negeri itu beda, mentalnya akan lebih kuat. Mereka merasa sudah pernah bertanding dengan orang asing, apalagi sampai menang, kepercayaan dirinya akan tumbuh sangat tinggi. Itu udah jadi pengalaman kita,” tegas Kristianus Liem.

Foto: Wahyu Purwadi/ludus,id
Apa yang diungkapkan Kristianus Liem adalah sesuai dengan pemikiran dan komitmen owner SCUA, sekaligus Dewan Pembina Percasi, Eka Putra Wirya, yang menilai pentingnya pembinaan usia dini dan ini menyangkut soal pembinaan mental para pecatur muda agar bisa bersaing dalam kompetisi tingkat dunia.
Sejak berdirinya SCUA sejak 1993, SCUA punya misi besar untuk terus menciptakan pecatur-pecatur hebat. Bahkan, SCUA juga punya program yang diberi nama ‘Home Tournament’ yang sengaja dibuat untuk melihat bagaimana peningkatan yang diperoleh murid-muridnya. Program ini pun berjalan konsisten selama 30 tahun lamanya atau setara dengan usia dari SCUA itu sendiri.

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id
“Membentuk mental atlet bukan cuma soal bagaimana seorang pemain catur mampu menerima kekalahan, namun juga sikapnya saat meraih kemenangan. Karena itulah penting untuk dilakukan pembinaan dan pelatihan untuk kembangkan kemampuan anak-anak yang kini belajar catur sejak dini. Fundamental harus kuat, komprehensif, dan menyeluruh”
Dan, inilah gunanya juga banyak kompetisi yang digelar, untuk menyiapkan pecatur tangguh dan profesional.
“Mental pemenang adalah mental yang kuat. Ada kepercayaan diri, motivasi diri, dan ketika jatuh bisa bangkit. Tapi, di saat sukses, mentalnya juga harus kuat. Kalau tidak kuat, akan jumawa, sombong, dan tidak mempersiapkan diri untuk jatuh. SCUA melakukan pembinaan ini, termasuk banyak menurunkan pecaturnya ke banyak turnamen untuk pembinaan,” ungkap Eka, yang disebut-sebut sebagai Bapak Catur Indonesia ini.

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id
Lebih lanjut, Eka mengatakan bahwa pertandingan persahabatan antara SCUA dan PCA dengan menggunakan Fide Rated, adalah karena sebagai jalan pembuka awal bagi siswa SCUA untuk menambah jam terbang turun di arena internasional sebagai persyaratan mutlak meningkatkan kualitas.
Untuk menjadi seorang pecatur profesional hingga meraih gelar bergengsi seperti Grand Master tak hanya bertumpu pada bakat, namun juga kerja keras. Persiapannya luar biasa, membutuhkan waktu yang sangat lama. Bakat yang luar biasa, tanpa kerja keras, maka tak akan menjadi apa-apa!

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id
Daftar Atlet SCUA:
Tim Garuda Merah
1. Fatih Winartha
2. As Thirof
3. Patrick Purnama
4. Reynard Kristopher
5. AF Robith
Tim Garuda Putih
1. Nathanael DB
2. Hasbi Subagyo
3. Steven Tan
4. Quinsha
5. Clearesta Anjalia Sakinah
Tim Garuda Muda
1. Nadya Deandra
2. Morado Simanjuntak
3. Shaina Aylakiva Megaranto
4. Irene Rumiris
5. Yesaya Adeodatus Putra
6. Stacey Alexandra Oey
7. Alessandro Alfaridzi Amir
8. Safin Aldebaran Amir
9. Edson Maxy Wiryanto
10. Georgio Gabe Butarbutar
Daftar Atlet PCA:
1. (WCM) Chua Jia-Tien
2. Lim Wei Yang
3. Choo Ting Han
4. Koay Yu Hang
5. Chua Siang-Zhe

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id
Hasil Garuda Merah vs PCA:
Round 1 : As Thirof (2 1/2) vs (2 1/2) (WCM) Chua Jia-Tien
Round 2 : Fatih Winartha (3) vs (2) Lim Wei Yang
Round 3 : Patrick Purnama (2 1/2) vs (2 1/2) Choo Ting Han
Round 4 : Reynard Kristopher (4) vs (1) Koay Yu Hang
Round 5 : AF Robith (4) vs (1) Chua Siang-Zhe
Poin Akhir:
SCUA (16) vs (9) PCA
Hasil Garuda Putih vs PCA:
Round 1 : Nathanael DB (3) vs (2) (WCM) Chua Jia-Tien
Round 2 : Steven Tan (1 1/2) vs (3 1/2) Lim Wei Yang
Round 3 : Quinsha (2) vs (3) Choo Ting Han
Round 4 : Clearesta Anjalia Sakinah (3 1/2) vs (1 1/2) Koay Yu Hang
Round 5 : Hasbi Subagyo (2 1/2) vs (2 1/2) Chua Siang-Zhe
Poin Akhir:
SCUA (12 1/2) vs (12 1/2) PCA
Hasil Garuda Muda Rapid 1 vs PCA:
Round 1 : Nadya Deandra (2) vs (3) (WCM) Chua Jia-Tien
Round 2 : Irene Rumiris (1 1/2) vs (3 1/2) Lim Wei Yang
Round 3 : Shaina Aylakiva Megaranto (2) vs (3) Choo Ting Han
Round 4 : Morado Simanjuntak (2) vs (3) Koay Yu Hang
Round 5 : Yesaya Adeodatus Putra (2 1/2) vs (2 1/2) Chua Siang-Zhe
Poin Akhir:
SCUA (10) vs (15) PCA
Hasil Garuda Muda Rapid 2 vs PCA:
Round 1 : Stacey Alexandra Oey (1) vs (4) (WCM) Chua Jia-Tien
Round 2 : Alessandro Alfaridzi Amir (2 1/2) vs (2 1/2) Lim Wei Yang
Round 3 : Safin Aldebaran Amir (1) vs (4) Choo Ting Han
Round 4 : Edson Maxy Wiryanto (1/2) vs (4 1/2) Koay Yu Hang
Round 5 : Georgio Gabe Butarbutar (1) vs (4) Chua Siang-Zhe
Poin Akhir:
SCUA (6) vs (19) PCA
LAPORAN: Kurniawan Fadilah