Albert Sutanto, Mata Elang Pencari Bakat Renang Indonesia

Albert Sutanto adalah pelatih renang bermata elang, yang mampu menemukan talenta juara dengan sempurna.

 

Pelatih renang Albert Sutanto

Pada periode 1990-an sampai awal 2000-an, terdapat dua perenang kembar yang prestasinya cukup menonjol di Indonesia. Mereka adalah  Albert dan Felix Sutanto.

Hampir seluruh kompetisi pernah dirasakan kedua saudara kembar itu. Bahkan, mereka juga pernah bersama-sama tampil membela Indonesia di ajang Olimpiade 2000 yang dihelat di Sydney, Australia.

Kini, salah satunya masih aktif terlibat di tim renang Indonesia dengan statusnya sebagai pelatih kepala. Dia adalah Albert Sutanto.

Pria bernama lengkap Albert Christiadi Sutanto itu memulai perjalanannya sebagai salah satu perenang terbaik Tanah Air pada usia 8 tahun. Albert kecil agak terlambat dalam merintis karier sebagai atlet renang. Dia dan Felix sempat ditolak masuk perkumpulan renang Hiu Surabaya, lantaran dinilai terlalu tua untuk memulai.

Namun, orang tua, terutama sang ibu, tak menyerah. Albert dan Felix akhirnya dilatih secara privat oleh mantan perenang nasional, Pauline. Di situlah bakatnya semakin terasah. Coach Pauline pun melihat potensi yang ada pada keduanya dan membantu mereka masuk ke perkumpulan renang Hiu Surabaya.

Bersama klub Hiu, kemampuan Albert dan Felix sebagai perenang semakin teruji. Terbukti, kakak-beradik itu mulai menancapkan namanya di berbagai kejuaraan renang lokal dan nasional.

Namun, secara prestasi, Albert sempat tertinggal dari Felix. Di saat sang adik sudah meraih juara, Albert masih sulit mencicipi podium.

Apakah Albert kalah soal bakat? Tidak juga. Buktinya, dia mampu terpilih untuk tampil di Olimpiade. Bahkan, tak hanya sekali, tapi dua kali di edisi 2000 dan 2004. Lantas, mengapa Albert kecil kalah secara prestasi dari Felix?

Alasannya, dia masih membagi fokusnya dengan bermain bola basket.  Semasa kecil, Albert juga menyukai olahraga bola basket. Jadi, fokusnya masih terpecah untuk basket dan renang sehingga prestasinya tak secemerlang Felix.

“Waktu itu saya lebih suka main basket ketimbang latihan berenang. Makanya fokusnya bercabang,” kata Albert. Pada akhirnya, Albert memilih untuk serius menekuni renang setelah melihat adiknya diterbangkan ke luar negeri.

“Pada 1988 itu Felix terpilih oleh tim Indonesia untuk mewakili Indonesia di Asia Pasific School Games, sekarang sudah tidak ada. Waktu itu Felix terpilih dan berangkat ke Australia. Nah di situ mama bilang, ‘Kamu gak kepingin kayak adik kamu bisa keluar negeri? Kamu lewat basket kapan?’. Di situ saya mulai berpikir untuk fokus ke renang,” tutur Albert.

Jerih payah Albert akhirnya mulai berbuah setahun berselang setelah dirinya masuk ke tim Jawa Timur untuk mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) 1989. Albert tampil di nomor estafet putra dan meraih medali perak.

Pelatih timnas renang Indonesia Albert Sutanto

Kesuksesan tersebut nyatanya belum membuat Albert dilirik masuk pelatihan nasional (pelatnas). Justru, Felix yang berhasil masuk ke tim pelatnas menuju Asian Games 1990 di China. Sementara, dirinya belum.

Momen itu diakuinya menjadi salah satu momen terberat. Albert bahkan terpikir untuk berhenti. Pasalnya, sebagai saudara kembar, prestasi keduanya selalu dibanding-bandingkan. Albert merasa tak siap mental untuk itu. Di saat anaknya terpuruk, di situlah peran orang tua sangat krusial guna membangkitkan lagi semangat sang anak dengan memberikan wejangan.

“Waktu itu, mama memberi saya nasihat, ‘gak ada yang gak bisa, kalian kan kembar, makan sama, vitamin sama, latihan sama, kamu pasti bisa. Sabar saja’,” ungkap Albert.

Benar saja, dengan ketekunannya, Albert kemudian terpilih masuk pelatnas SEA Games 1991 untuk menyusul Felix yang sudah bergabung lebih dulu. Kepercayaan itu dibalasnya dengan raihan medali perunggu di nomor 200 meter gaya bebas dan meraih medali emas di nomor estafet putra.

Sejak saat itu, Albert terus menjadi langganan pelatnas renang. Pria kelahiran 24 Desember 1975 itu akhirnya benar-benar pensiun pada September 2007 setelah mengoleksi 9 emas, 5 perak, dan 16 perunggu dalam delapan edisi SEA Games.

Putuskan jadi pelatih

Usai pensiun pada 2007, Albert diminta oleh almarhum Lukman Niode untuk tetap mengabdikan dirinya di olahraga renang meski sudah tak lagi menjadi atlet. Lukman merasa juniornya itu memiliki kapabilitas untuk menjadi pelatih.

Gayung bersambut, Albert yang memang tak betah hanya bekerja dari balik meja akhirnya menerima penawaran tersebut. Dia kemudian diikutkan kursus kepelatihan, termasuk diterbangkan ke Australia oleh mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia, Purnomo Yusgiantoro.

Waktu selama tiga bulan di Negeri Kangguru dimaksimalkan oleh Albert untuk mempertajam kemampuan melatihnya sampai pada 2008, dia dipercayakan memimpin tim renang junior.

Pria yang kini berusia 47 tahun itu membayar lunas kepercayaan yang diberikan kepadanya lantaran berhasil menelurkan atlet prestasi di berbagai ajang. Beberapa nama di antaranya adalah Ressa Kania Dewi, Afi Noviandari, Idham Dasuki, dan Nico Biondi.

Kesuksesan tersebut mengantarkannya menjadi pelatih utama renang pada awal 2009. Tim kepelatihan saat itu bahkan dihuni sepenuhnya oleh pelatih lokal dan berhasil membawa pulang 2 medali emas pada SEA Games 2009.

SEA Games 2009 ternyata menjadi awal dari kegemilangan Albert sebagai pelatih kepala timnas renang Indonesia. Puncaknya, pada 2011, dia memimpin tim Merah Putih meraih 6 medali emas dengan I Gede Siman Sudartawa sebagai bintang utama.

“Saya mau jadi pelatih karena saya merasa saya suka bekerja di mana pekerjaan itu adalah hobi saya juga,” kata Albert.

Pelatih timnas renang Indonesia Albert Sutanto mendapat penghargaan dari KONI.

Mata Elang Pencari Bakat

Menjadi pelatih sejak 2008 atau terhitung sudah 15 tahun, tentunya Albert sudah banyak menelurkan sejumlah perenang ternama yang membela Indonesia. Tentunya, salah satu yang paling ‘awet’ adalah I Gede Siman Sudartawa. Bersama-sama sejak 2010, Albert berhasil mentransformasi Siman hingga kini menjadi salah satu jagoan Indonesia di nomor gaya punggung.

Di SEA Games 2011, hasil didikan Albert membuahkan empat medali emas buat Siman beserta pemecahan sejumlah rekor nasional. Siman juga sukses jadi perenang nasional pertama yang sukses melaju ke semifinal Kejuaraan Dunia Renang FINA 2017 di Hungaria.

“Siman dulu datang dengan spesialisasi gaya kupu-kupu. Lalu, kami arahkan dia ke gaya punggung dan hasilnya sukses besar,” kata Albert.

Selain Siman, Flairene Candrea Wonomiharjo juga merupakan hasil ‘cetakan’ Albert sebagai pelatih. Pasalnya, gadis 18 tahun itu sebelumnya adalah atlet renang indah.

“Sebenarnya, Flairene waktu itu hanya diminta oleh pelatihnya, Arsyi (Sabihisma), untuk ditingkatkan daya tahannya di renang. Namun, setelah saya latih, saya melihat dia bisa jadi perenang top dan saya akhirnya minta dia pindah ke renang saja,” ucap Albert.

‘Mata Elang’ Albert lagi-lagi menunjukkan hasil nyata. Flairene meledak dan sukses merebut medali emas SEA Games 2021 nomor 100 meter gaya punggung.

Selain dua yang sudah disebutkan, ada beberapa yang lain, di antaranya Sofie Kemala, AA Istri Kania Dewi, dan terbaru, dia sedang membidik Adelia Chantika Aulia yang tampil apik di SEA Age Group 2023.

“Terkadang, mata kita melihat anak-anak tepat saja sih, sesuai dengan feeling kita. Apakah selalu tepat? Sampai saat ini yang saya rasa berbakat bisa dibilang tepat,” tutur Albert.

Albert mengatakan jika proses pencarian bakat selama ini dijalaninya sendiri tanpa menggunakan tim pencari bakat khusus. Dia dan timnya mengandalkan pandangan mata dan feeling-nya saja lantaran dulunya juga merupakan atlet renang. Pengalaman selama di kolam sangat membantunya menelurkan atlet-atlet berprestasi untuk kejayaan Indonesia lewat renang.

“Ya, dari dulu kami memang (mencari bakat) sendiri. Kami jadi pelatih sekaligus pencari bakat. Soalnya, (kemampuan) itu gak bisa (dipelajari) karena itu feeling. Sejauh ini, kami cukup konsisten memunculkan perenang,” kata Albert.

Albert paham proses pencarian bakat seperti yang dilakukannya saat ini bisa saja terhenti ketika dirinya nanti tak lagi bertugas sebagai pelatih. Maka itu, dia mengatakan saat ini Pengurus Besar Akuatik Indonesia tengah menyiapkan program acuan agar ke depannya atlet bisa dicetak dengan standar yang sama.

“Saya ingin renang Indonesia bisa kembali berbicara banyak di tingkat Asia bahkan dunia. Itu cita-cita saya. Tentunya dengan program dan dukungan dari pemerintah yang lebih baik, saya rasa itu bisa terwujud,” imbuh Albert.

“Makanya kami saat ini sedang merancang blueprint dari PB Akuatik sendiri untuk bisa jadi acuan kepada provinsi-provinsi agar sejalan dan akhirnya nanti development-nya sesuai harapan,” terang dia.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.