
Agam Subastian, pemain Borneo Hornbills Pontianak, melakukan lay up pada laga melawan Satria Muda dalam IBL 2023.
Basket merupakan olahraga yang identik dengan orang-orang berpostur tinggi. Namun, dalam sejarahnya, banyak pemain berpostur pendek yang mampu tampil kompetitif. Sebut saja dua bintang NBA, Mugsy Bouges dan Nate Robinson.
Bahkan untuk Robinson, eks pemain Chicago Bulls ini mampu tiga kali menjadi juara slam dunk contest. Slam dunk biasanya dilakukan oleh pemain berpostur tinggi. Sebagai catatan, Nate Robinson bertinggi 175 cm, jauh di bawah rata-rata NBA.
Di Indonesian Basketball League (IBL), ada pemain hebat yang tingginya hanya 165 cm. Dia adalah Agam Subastian, point guard andalan Borneo Hornbills Pontianak. Pada IBL 2023, ia mencuri perhatian.
Terutama saat menghadapi Prawira Bandung pada dua pertandingan playoff. Di dua game tersebut, Borneo memang selalu kalah. Namun, penampilan solid dari Agam membuat Prawira yang menyandang status pemuncak musim reguler kerepotan berhadapan dengan Borneo.
Pada game pertama di BritAma Arena, Kelapa Gading, Jakarta, Agam membukukkan 22 poin. Ini merupakan capaian tertingginya sepanjang karier basket. Di laga ini, Borneo kalah tipis 78-79.
Bermain pada game kedua di C-Tra Arena, Bandung, Agam lagi-lagi meledak dengan torehan 19 poin. Sayangnya, akibat kehilangan momentum di paruh kedua pertandingan Borneo tunduk 73-85. Borneo pun gagal ke semifinal dengan kekalahan series 0-2.

Agam Subastian, pemain Borneo Hornbills Pontianak, melakukan lay up pada laga melawan Pelita Jaya dalam IBL 2023.
Sedangkan, dari sisi defense, Agam merupakan pemain bertahan yang luar biasa. Perimeter defense Borneo cukup kuat musim lalu dan itu juga merupakan peran Agam. Dia bukan hanya piawai menjaga sesama pemain lokal. Pebasket asing pun kerepotan dibuatnya.
Agam mengatakan, dirinya sangat ingin membuktikan jika size atau postur badan bukanlah masalah bagi pemain basket. Pebasket dengan tubuh mungil pun bisa bersinar.
Ia mengaku mendapatkan motivasi dari Tim Nasional (Timnas) Basket Jepang. Menurutnya, Jepang sangat kompetitif di Asia meskipun kalah dari segi postur, terutama dibandingkan negara-negara Timur Tengah. Dikomparasi dengan Filipina yang diisi banyak pemain keturunan pun Jepang tertinggal.
“Saya ingin membuktikan kalau Size is Doesn’t Matter di olahraga basket. Buktinya, Jepang bisa, dengan rata-rata size kalah dengan negara asia lain, mereka bisa tampil kompetitif,” ucap Agam.
Agam Subastian menambahkan, seorang pemain asing pernah berkata kepadanya kalau dijaga pemain bertubuh mungil lebih menyulitkan. Ini membuktikan, kalau pemain dengan tubuh pendek memiliki kelebihan dalam permainan basket.
“Pernah dengar juga dari pemain impor kalau mereka lebih tidak suka dijaga pemain yang lebih kecil. Ke depan, tentu saya ingin terus mempertahankan atau bahkan meningkatkan performa di IBL,” ucap Agam.

Agam Subastian, pemain Borneo Hornbills Pontianak, mendribel bola pada laga IBL 2023.
Move On dari Kekalahan
Game pertama Playoff IBL 2023 menghadapi Prawira Bandung di BritAma Arena adalah laga yang mungkin sulit dilupakan Agam. Pemain sehebat Brandone Francis, point guard Prawira serta Yudha Saputera berani ia hadapi. Sebanyak 22 poin ia bukukkan dan itu jadi capaian tertinggi sepanjang karier profesional yang sudah dimulai pada 2022.
Kekalahan dengan selisih satu poin, 78-79 jelas menjadi sesuatu yang ia sesalkan. Apalagi, ini karena game plan yang tidak dijalankan dengan baik oleh pemain pada akhir pertandingan.
Pemain asing Borneo, Randy Bell sebagai pebasket terbaik tim tentu menjadi tumpuan harapan meraih angka demi membalikkan keadaan jadi 80-79. Dalam posisi Prawira sudah mengalami tim foul, seharusnya Randy Bell melakukan penetrasi ke paint area Prawira.
Selain probabilitas mendapatkan angka tinggi, Prawira juga sangat mungkin melakukan foul yang tentu saja membuat Borneo meraih dua tembakan bebas. Sayangnya, alih-alih menerobos pertahanan Prawira, Randy Bell justru mencoba lemparan tiga angka yang akhirnya gagal.
Namun, Agam mengaku dirinya sudah ikhlas dengan momen tersebut. Hal itu sudah terjadi dan tak perlu diratapi. Yang terpenting menatap ke depan untuk membawa Borneo melangkah lebih jauh lagi.
“Tentu saja saya menyesalkan kejadian itu. Namun, ya sudah, itu semua sudah terjadi. Belum jalannya saja kami mengalahkan Prawira” kata Agam.
Agam juga mengakui kalau point guard Prawira, Yudha Saputera adalah pemain lokal terberat yang pernah ia hadapi. Menurutnya, Yudha yang juga bertubuh mungil, meski masih lebih tinggi dari Agam, punya kemampuan komplit.
“Yudha ini shootingnya bagus, speednya luar biasa, ball handling-nya bagus, dan tenaganya sangat oke. Sulit sekali menjaga pemain ini,” tutur Agam.

Agam Subastian, pemain Borneo Hornbills Pontianak, bersiap melakukan tembakan bebas pada laga IBL 2023.
Pernah Tekuni Futsal
Agam Subastian merupakan pemain yang ditelurkan Universitas Esa Unggul (UEU). Para penggemar basket tentu sudah tahu kalau UEU merupakan salah satu tim yang cukup kuat di Liga Mahasiswa (LIMA).
Kebetulan, saat ini Borneo Hornbills juga dilatih Tondi Raja Syailendra yang juga arsitek tim basket. Selain Agam, mayoritas pemain lokal Borneo memang berasal dari UEU sehingga mereka, termasuk Agam tentu sudah familiar dengan cara melatih Tondi.
Jauh sebelum menjadi salah satu andalan di tim basket UEU, ternyata Agam pernah menjadi pemain futsal. Bahkan, cabang turunan sepak bola inilah yang pertama kali ditekuni olehnya.
Ia baru mengenal basket saat duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat sedang menjadi pemain futsal, ia tiba-tiba ditawari untuk bermain basket.
“Jadi pelatih basket di SMP saya dulu mengajak main basket. Tidak tahu pertimbangannya apa sampai diajak. Di situlah saya berkenalan dengan basket,” Agam mengungkapkan.
Bahkan, agar semangat berlatih, Agam sampai dibelikan sepatu basket oleh pelatihnya di SMP. Siapa sangka, melalui proses ini, pria yang kini berusia 26 tahun ini benar-benar jatuh cinta kepada basket hingga menjadi pemain profesional seperti sekarang.
Performa ciamik diteruskan Agam saat duduk di bangku SMA. Kehebatannya ternyata terpantau oleh Tondi. Ia pun mendapat tawaran beasiswa dari UEU agar nantinya bisa membela tim kampus di LIMA dan ajang-ajang lainnya.
Begitu Tondi ditunjuk sebagai pelatih Borneo pada IBL 2022, ia pun turut memasukkan Agam dalam daftar pemain. Dan ternyata, keputusan Tondi mengajak Agam ke Bumi Borneo tidak salah karena sang pemain terpendek di IBL tersebut sudah menunjukkan talentanya ke para penggemar basket Tanah Air. (Krisna Dhaneswara)