Gideon Badminton Academy, Upaya Marcus Gideon Lahirkan Pebulutangkis Berbakat

 

Credit foto : Ludus.id/Pratama Yudha
Murid-murid Gideon Badminton Academy merayakan ulang tahun Marcus Gideon

Tepat di tanggal 9 Maret 2024, dunia bulutangkis Indonesia dan dunia dikagetkan dengan keputusan pensiun yang diumumkan salah satu ganda putra terbaik dunia, Marcus Fernaldi Gideon, secara mendadak. Pengumuman itu dilontarkan lewat akun Instagram pribadinya tepat di hari ulang tahunnya yang ke-33.

Keputusan tersebut tentu mengejutkan berbagai pihak. Pasalnya, dia diharapkan masih akan kembali berpasangan dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo selepas pulih dari cedera.

Namun, tekad Marcus untuk gantung raket sudah bulat. Dia merasa sudah mendapatkan lebih dari yang dia bayangkan sebelumnya sehingga merasa sudah saatnya berhenti dan memberikan tongkat estafet prestasi ke pasangan ganda putra berikutnya.

“Dengan pencapaian yang sudah saya dapat selama ini dan sudah menginjak usia sekarang, saya merasa sangat senang dan puas,” kata Marcus kepada Ludus.

“Hasil di turnamen terakhir saya di India juga kurang memuaskan. Itu juga yang jadi pertimbangan. Saya juga sudah lama di pelatnas jadi biar yang muda-muda yang meneruskan,” lanjut dia.

Sekilas tentang Marcus Fernaldi Gideon, pebulutangkis 33 tahun ini lahir di Jakarta pada 9 Maret 1991 ini lahir dari pasangan Kurniahu Gideon dan Sujati Iskandar. Dia memilih karier sebagai pebulutangkis karena terinspirasi dari sang ayah yang dulunya merupakan salah satu pebulutangkis andalan Indonesia di nomor tunggal putra.

“Saya pilih bulutangkis karena papa. Dia mantan atlet dan dia perkenalkan bulutangkis ke saya. Akhirnya, saya diajarkan main bulutangkis dan merasa senang dan nyaman,” ungkap Marcus.

“Saya latihan dari mulai usia 7 tahun tapi baru mulai serius jadi atlet pas menginjak usia 12 tahun. Dari situ saya sudah latihan terus setiap hari,” jelasnya.

Credit foto : Ludus.id/Pratama Yudha
Mantan pebulutangkis nasional, Marcus Fernaldi Gideon, bersama dengan orang tuanya, Kurniahu Gideon dan Sujati Iskandar

Saking fokusnya dengan bulutangkis, Marcus sampai tak pernah mengenal olahraga lain selain tepok bulu. Beruntung, dia berhasil mencapai titik yang diidamkan seluruh pebulutangkis nasional dengan menembus pelatnas pada 2010.

Namun, ada satu kejadian yang membuat Marcus akhirnya memilih untuk keluar pelatnas. Di situ, Marcus mengaku sempat bingung dan sempat dicap masa depan suram.

“Pas keluar pelatnas jadi momen terberat saya karena orang-orang bilang sudah gagal,” ujar Marcus.

Bak diberi jalan oleh Tuhan, Marcus diselamatkan oleh Markis Kido yang menggandengnya sebagai tandem di sektor ganda putra. Mereka bahkan sempat membuat kejutan dengan menjuarai turnamen French Open 2013 yang dianggapnya menjadi salah satu momen terbaik dalam karier bulutangkisnya selain Asian Games 2018 dan All England 2018.

“Tuhan kasih jalan buat saya lewat (alm) Markis Kido. Pas bareng Kido kami sempat menduduki ranking 8 sebelum akhirnya berpisah,” katanya.

Perpisahan dengan Kido seakan menjadi pembuka jalan bagi Marcus mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Bahkan, membuatnya dikenal sebagai salah satu pebulutangkis terhebat sepanjang masa.

Bagaimana tidak, setelahnya Marcus dipasangkan dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo yang menjadi tandem “sehati” sampai-sampai mereka mendapatkan julukan “The Minions”. Bersama Kevin, Marcus berhasil menjuarai banyak turnamen bergengsi dan berhasil menjadi ganda putra pertama yang menduduki peringkat 1 dunia selama lima tahun berturut-turut.

Credit foto : Ludus.id/Pratama Yudha
Mantan pebulutangkis nasional, Marcus Fernaldi Gideon

Fokus Kembangkan Akademi Bulutangkis

Keputusan pensiun yang diambil Marcus tentu memunculkan rasa kehilangan bagi sejumlah pihak. Namun, pria yang akrab disapa Sinyo itu tak benar-benar meninggalkan bulutangkis.

Pensiun bagi Marcus tak berarti berhenti menggeluti olahraga yang membesarkan namanya. Hanya sebatas tak lagi menjadi atlet profesional dan melepas statusnya di pelatnas.

Justru, dengan memilih pensiun, kini ayah tiga anak itu bisa lebih fokus mengembangkan klub bulutangkis miliknya yang diberi nama Gideon Badminton Academy.

Ya, ketika masih aktif sebagai atlet, ternyata Marcus sudah mulai membangun klub bulutangkis pribadinya. Klub tersebut berlokasi di kawasan Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Bermodalkan tanah milik sang ayah, Kurniahu Gideon, yang juga turut mengurus dan menjadi pelatih di sana, Marcus membangun Gideon Badminton Academy pada 2020 silam ketika pandemi covid-19.

“Sebenarnya ini (Gideon Badminton Academy) adalah impian papa. Papa itu senang melatih anak-anak kecil. Bahkan, sebelum hall ini dibangun, dia sudah mengumpulkan anak-anak untuk dilatih,” kata Marcus.

“Pas saya ada rezeki, akhirnya dibangun biar papa senang dan kita juga bisa bantu anak-anak di sini buat mencapai mimpi mereka. Kan ada rasa senang ketika melihat ada yang sukses,” tutur dia.

Pelan-pelan, Gideon Badminton Hall ini mulai menarik minat dari anak-anak yang ingin meniti karier sebagai seorang pebulutangkis. Empat tahun berjalan, akademi milik Marcus kini telah memiliki sekitar 62 murid.

Credit foto : Ludus.id/Pratama Yudha
Murid-murid Gideon Badminton Academy merayakan ulang tahun Marcus Gideon

Fasilitas yang dimiliki pun terbilang lengkap. Mereka menyediakan asrama sebanyak 30 pintu. Selain itu, juga ada empat lapangan yang disesuaikan dengan standar profesional ditambah dengan pelatih yang berpengalaman.

Dengan fasilitas tersebut, Gideon Badminton Academy sudah menghasilkan sejumlah bibit potensial hanya dalam waktu empat tahun yang diharapkan ke depannya bisa menembus pelatnas. Tentu, jika itu terjadi, akan memberikan kepuasan yang amat besar bagi Marcus.

Pasalnya, operasional dari Gideon Badminton Academy ini sebagian besar masih menggunakan dana dari kantong pribadi Marcus ditambah dengan sejumlah sponsor. Mengingat klub ini cukup banyak memberikan beasiswa bagi murid-muridnya ketimbang yang membayar secara pribadi.

“Di sini memang lebih banyak murid yang beasiswa. Mereka kurang mampu, tetapi mau berjuang menjadi atlet makanya kami coba fasilitasi,” kata Marcus.

Marcus mengatakan hal ini dilakukannya sebagai upaya giveback kepada olahraga bulutangkis yang membesarkan namanya. “Saya kan besar dari bulutangkis, makanya ini jadi salah satu cara saya untuk ikut membesarkan bulutangkis,” ucap dia.

“Kebetulan, saya juga senang melihat anak-anak berlatih. Jadi mengingatkan saya ketika dulu saya masih kecil. Makanya, saya juga ikut melatih di sini,” tambah Marcus.

Empat tahun berjalan, Marcus masih memiliki mimpi yang besar yang ingin diwujudkan bersama Gideon Badminton Academy. Dia berharap ke depannya klub miliknya ini bisa ada di setiap pulau di Indonesia.

Dia melihat bakat bulutangkis nasional masih lebih banyak terpusat di Pulau Jawa. Padahal, menurutnya, banyak bakat-bakat di pulau lainnya yang belum terekspos.

“Niat saya akademi ini ada di setiap pulau di Indonesia biar bisa bantu anak-anak di sana apalagi yang dari Indonesia Timur. Mungkin di sana punya kemampuan tapi gak ada yang membantu untuk mengembangkan kemampuan mereka,” ujar Marcus.

“Saya mau melihat (kemampuan badmintonnya) merata. Soalnya Indonesia kan luas, masa (atletnya) di sini saja,” imbuhnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.