Drama LaLiga Pekan 8: Kekalahan Perdana Barcelona dan Kekacauan di Derbi Madrid

Kredit foto: X @LaLiga
Duel Osasuna vs Barcelona di LaLiga pekan ke-8. Blaugrana takluk 2-4 dari Osasuna.

LaLiga pekan ke-8 menghadirkan drama yang sangat menarik perhatian. Sebab, kejadiannya melibatkan tiga “kuda pacu” utama kompetisi tertinggi sepak bola Spanyol, yakni Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid.

Dimulai dari Barcelona. Laju kencang Blaugrana di LaLiga musim ini secara mengejutkan terhenti. Bukan hanya imbang, namun tumbang dengan skor yang mengejutkan.

Di luar dugaan, Robert Lewandowski dan kolega harus mengakui keunggulan Osasuna dalam duel di Estadio El Sadar, Minggu (29/9) dini hari WIB. Tak tanggung-tanggung, Barcelona dihajar 2-4 oleh sang tuan rumah.

Gol-gol dari Bryan Zaragoza, Abel Bretones, dan brace Ante Budimir hanya mampu dibalas oleh Pau Victor dan Lamine Yamal. Hasil negatif tersebut mengakhiri tujuh kemenangan beruntun yang dirasakan Barcelona sejak LaLiga bergulir musim ini.

Tentu, skor yang terpampang sangat di luar dugaan. Mengingat, Barcelona sangat perkasa di laga-laga sebelumnya. Namun, jika ditilik lebih dalam, kekalahan ini dirasakan lantaran beberapa faktor.

Salah satunya Barcelona bermain tidak dengan kekuatan terbaiknya. Pelatih Hansi Flick mencadangkan beberapa pemain intinya yang tak turun sejak menit awal, seperti Lamine Yamal dan Raphinha.

Padahal, keduanya merupakan elemen penting dalam skuad Barcelona, terutama di lini serang. Flick malah menurunkan pemain cadangan seperti Pablo Torre, Sergi Dominguez, dan Ferran Torres sebagai starter.

Hasilnya, mereka sudah ketinggalan 0-2 ketika turun minum. Perubahan taktik di babak kedua pun tak mampu memberikan dampak positif, setidaknya untuk pulang dengan satu poin.

Keputusan tersebut jelas harus dibayar mahal oleh Flick yang dianggap telah meremehkan Osasuna. Padahal, tim berjuluk Los Rojillos itu telah menunjukkan kekuatannya ketika bermain di kandang musim ini setelah belum sekali pun merasakan kekalahan dengan hasil satu kali imbang dan empat kemenangan, termasuk membungkam Barcelona.

Raihan negatif ini pun membuat Barcelona hanya berjarak tiga poin saja dari Real Madrid dan lima poin dari Atletico Madrid. Ini jelas menjadi lampu kuning bagi Barcelona yang mengisyaratkan mereka harus buru-buru berbenah.

Namun, tak bisa dipungkiri, Flick memang dihadapkan pada pilihan yang berat. Rotasi harus dilakukan mengingat El Barca bakal menghadapi jadwal padat pada Oktober.

Setidaknya, akan ada lima pertandingan yang akan mereka jalani bulan depan. Barcelona akan bersua Young Boys, Alaves, Sevilla, Bayern Munich, dan puncaknya adalah El Clasico melawan Real Madrid.

Belum lagi, tim yang bermarkas di Catalunya ini memang tengah dirundung sejumlah masalah. Mereka dilanda badai cedera yang melibatkan sejumlah pemain penting, mulai dari Dani Olmo, Andreas Christensen, Gavi, Frenkie de Jong, dan yang terbaru Marc-Andre ter Stegen.

Situasi tersebut jelas membuat Flick pusing menentukan starting line-up. Imbasnya, seperti yang disaksikan bersama, Barcelona akhirnya pulang dengan kepala tertunduk.

Menyikapi kekalahan ini, pelatih asal Jerman itu langsung pasang badan. Dia tak ingin pemainnya disalahkan meski tampil di bawah performa biasanya.

Flick merasa para pemainnya bukan robot. Mereka butuh waktu istirahat yang memadai sehingga tak bisa dipaksakan untuk bermain di setiap pertandingan.

“Anda harus menerima kekalahan seperti ini. Kami memang tidak bermain bagus,” kata Flick dikutip Marca.

“Ini merupakan tanggung jawab saya untuk melindungi para pemain, karena mereka telah banyak bermain. Tapi, saya tidak menyangka kami akan bermain seperti ini,” tambahnya.

Kendati demikian, Flick merasa Barcelona tetap berada di jalur yang benar. Apalagi, musim masih sangat panjang.

“Saya mengatakan kepada tim bahwa kami harus terus maju. Kami bermain pada Selasa dan Minggu. Kami masih berada di jalur yang benar,” tegasnya.

Derbi Madrid yang kacau 

Tak cuma hasil Barcelona saja yang menarik perhatian. Derbi Madrid yang mempertemukan Atletico Madrid kontra Real Madrid pun tak kalah panas.

Pertemuan pertama di liga musim ini lebih dulu bertempat di Estadio Civitas Metropolitano, kandang Atletico Madrid, Senin (30/9) dini hari WIB. Derbi yang selalu berjalan dengan tensi tinggi ini memaksa kedua tim berbagi poin setelah bermain imbang 1-1.

Setelah buntu di babak pertama, Real Madrid membuka keunggulan lebih dulu lewat sepakan keras Eder Militao di menit 64. Tuan rumah bisa terselamatkan berkat gol telat Angel Correa di menit kelima injury time babak kedua.

Kredit foto: X @atleti
Pemain Atletico Madrid merayakan gol ke gawang Real Madrid. Derbi Madrid berakhir imbang 1-1.

Bukti yang membuat duel ini berjalan sangat panas adalah kartu merah yang diterima Marcos Llorente jelang laga bubar dan tentunya insiden pelemparan yang terjadi di pertengahan babak kedua, tepatnya setelah Real Madrid mencetak gol.

Gol tersebut disambut dengan ricuh oleh fans Atletico Madrid. Emosi mereka semakin tersulut setelah kiper El Real, Thibaut Courtois, merayakannya dengan sangat heboh.

Mengingat Courtois adalah mantan penggawa Los Rojiblancos, selebrasi yang dilakukannya itu menyebabkan emosi para pendukung Atleti memuncak lantaran dianggap memprovokasi dan mencapnya sebagai pengkhianat. Kiper berpaspor Belgia itu pun jadi sasaran kemarahan suporter dan dilempari berbagai benda, seperti korek api, kantong plastik berisi barang, dan lain-lain.

Wasit yang melihat kondisi semakin tak kondusif akhirnya memutuskan untuk menghentikan sementara pertandingan pada menit ke-68. Untuk menjaga keselamatan, para pemain diarahkan masuk kembali ke ruang ganti.

Situasi baru bisa tenang setelah pelatih Diego Simeone dan Koke mengunjungi tribune suporter dan meminta fans untuk meredakan amarah mereka. Akhirnya, pertandingan pun berlanjut dan mendapatkan hasil seperti yang telah diketahui bersama.

Pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, sangat menyayangkan sikap yang dilakukan Courtois dengan melakukan selebrasi berlebihan. Namun, dia juga tak membenarkan sikap suporter yang melakukan penyerangan pada pemain.

“Kita semua harus saling membantu. Jika kita memprovokasi orang-orang, mereka akan marah. Anda dapat merayakan gol, tapi tidak dengan melihat ke arah tribune penonton, menyerang mereka, dan membuat suatu gerakan. Itu tidak dibenarkan,” ucap pelatih asal Argentina.

“Kita juga bisa mulai memberikan sanksi kepada mereka yang menjadi provokator atau yang menghasut untuk pelemparan benda. Kita juga harus memberi sanksi kepada orang yang memprovokasi tribune dan melihat ke arah mereka,” jelasnya.

Kredit foto: X @realmadrid
Duel Atletico Madrid vs Real Madrid pada pekan ke-8 LaLiga. Meski lebih dominan, Real Madrid harus puas dengan hasil imbang.

Di sisi lain, pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, tak bisa menutupi kekecewaannya melihat tim asuhannya gagal menang di laga ini. Dia merasa Jude Bellingham dan kawan-kawan bermain lebih baik dari tim lawan dan seharusnya bisa pulang dengan poin penuh.

“Sulit untuk mengatasi hasil imbang di mana kami hampir saja bisa menang. Itu bisa saja terjadi, lawan sangat kuat dan berkualitas,” kata Ancelotti dikutip Mundo Deportivo.

“Gol mereka tercipta di menit-menit akhir, sangat disayangkan. Kami mengendalikan permainan lebih baik dan kami hampir saja mencetak gol,” imbuhnya.

Meski begitu, raihan satu poin ini dikatakan Ancelotti cukup penting karena di pertandingan lainnya, Barcelona menderita kekalahan. “Saya selalu berpikir positif,” kata juru taktik asal Italia.

“Kami telah memenangkan satu poin di laga tandang dan kami lebih dekat satu poin (dengan pemuncak klasemen). Situasi ini sangat bagus, kami berada dalam persaingan dan kami tidak putus asa, hasil imbang di sini bisa berarti poin yang bagus untuk masa depan,” lanjutnya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.