Mengenang Prestasi dan Duel Ikonik George Foreman

George Foreman melayangkan pukulannya ke Michael Moorer. (Foto/St. Louis Dispatch)

LUDUS – Dunia tinju berduka setelah kehilangan pemegang rekor dunia kelas berat tertua sepanjang sejarah, George Foreman. Sang legenda meninggal dunia dalam usia 76 tahun.

Mantan juara dunia kelas berat yang dikenal kejayaannya lintas dekade ini menghembuskan napas terakhir di sebuah rumah sakit di Houston, Texas, pada Jumat, 21 Maret 2025 malam waktu setempat.

Kabar duka tersebut diumumkan langsung oleh pihak keluarga melalui akun Instagram resmi milik sang legenda. Roy Foreman, adik George, menyampaikan bahwa penyebab pasti kematian belum diketahui secara pasti.

“Kami sangat berduka. Dengan hati yang berat, kami umumkan bahwa George Edward Foreman Sr. telah meninggalkan kita pada tanggal 21 Maret 2025. Dia berpulang dalam damai dikelilingi oleh orang-orang tercinta,” tulis pernyataan keluarga.

Baca juga: 5 Duel Bersejarah Tinju Kelas Dunia, Nomor 2 Bertarung Sampai 15 Ronde

George Foreman lahir pada 10 Januari 1949 di Marshall, Texas, dari pasangan Nancy Ree (Nelson) dan Leroy Moorehead. Namun, nama belakang Foreman diperoleh setelah ibunya menikah dengan JD Foreman, seorang pekerja konstruksi rel kereta api.

Masa mudanya tidaklah mudah. Dia sempat terjerumus ke kehidupan jalanan, bahkan dikenal sebagai anak nakal sebelum akhirnya bergabung dengan Job Corps pada usia 16 tahun.

“Kami sangat berduka. Dengan hati yang berat, kami umumkan bahwa George Edward Foreman Sr. telah meninggalkan kita pada tanggal 21 Maret 2025.” Roy Foreman, Adik George Foreman.

Di sinilah titik balik hidupnya dimulai. Foreman mulai menapaki dunia tinju amatir. Tak butuh waktu lama, hanya dalam waktu satu setengah tahun, dia berhasil mencetak sejarah dengan memenangkan medali emas di Olimpiade 1968 di Mexico City.

Kemenangan dengan KO ronde kedua atas Ionas Chepulis dari Uni Soviet menandai langkah awalnya menuju panggung dunia. Karier profesionalnya pun melejit.

Baca juga: 10 Petinju Tangguh Sepanjang Sejarah, Petarung Hebat dan Punya Nama Besar

Dengan gaya bertarung agresif dan kekuatan pukulan yang menakutkan, Foreman menjelma menjadi ancaman nyata di divisi kelas berat.

Bukan sekadar jumlah kemenangan, warisan George Foreman terpatri dalam tiga pertarungan ikonik yang akan terus dikenang oleh pecinta tinju sepanjang masa.

1. Foreman vs Joe Frazier (1973)

George Foreman memukul jatuh Joe Frazier. (Foto/World Boxing Council)

Pertarungan pertama yang benar-benar menggambarkan kekuatan luar biasa George Foreman terjadi pada 22 Januari 1973 di Kingston, Jamaika. Kala itu, Foreman menghadapi juara dunia tak terkalahkan, Joe Frazier.

Banyak yang tak menyangka bahwa Foreman, meskipun memiliki rekor 37-0, mampu mengatasi Frazier dengan begitu mudah. Namun kenyataan di atas ring berkata lain.

Foreman menjatuhkan Frazier hingga enam kali sebelum akhirnya wasit menghentikan laga di ronde kedua. Sorakan “Down goes Frazier!” yang diteriakkan komentator menjadi kutipan legendaris dalam sejarah tinju.

Kemenangan telak ini langsung mengukuhkan nama George Foreman sebagai raja baru kelas berat dunia. Dominasi mutlaknya bukan hanya membuat dunia tercengang, tetapi juga menjadi titik awal era baru dalam dunia tinju profesional.

2. Rumble in the Jungle, Foreman vs Ali (1974)

Pukulan Muhammad Ali mendarat telak di wajah George Foreman dalam pertarungan klasik di Zaire. (Foto/Fight The City)

Setahun setelah kemenangan atas Frazier, Foreman harus mempertahankan gelarnya melawan salah satu petinju terbesar sepanjang masa, Muhammad Ali. Pertarungan yang diberi nama “Rumble in the Jungle” ini digelar di Kinshasa, Zaire (kini Republik Demokratik Kongo) pada 30 Oktober 1974.

Foreman yang jauh lebih muda dan kuat, diunggulkan untuk menang cepat. Namun, Ali hadir dengan strategi cerdik: rope-a-dope, yakni membiarkan lawan menghabiskan tenaga dengan pukulan-pukulan yang ditahan di tali ring.

Foreman terus menghujani pukulan, namun tak menyadari tengah masuk dalam jebakan. Di ronde kedelapan, ketika Foreman mulai kehabisan tenaga, Ali melancarkan serangan balik cepat dan menjatuhkannya untuk pertama kalinya dalam kariernya.

Kemenangan Ali bukan hanya mengubah sejarah, tetapi juga membuktikan bahwa teknik dan mental bisa mengalahkan kekuatan mentah. Meskipun kalah, George Foreman tetap dipandang sebagai sosok petarung sejati. Kekalahannya di Rumble in the Jungle justru menambah lapisan drama dan daya tarik dalam perjalanan kariernya.

3. Foreman vs Michael Moorer (1994)

George Foreman melayangkan pukulannya ke Michael Moorer. (Foto/St. Louis Dispatch)

Dua dekade setelah kekalahan dari Ali, George Foreman membuat langkah yang tak disangka-sangka, kembali ke ring tinju di usia 45 tahun. Banyak pihak meragukan kemampuannya. Usia yang tidak muda lagi dianggap sebagai halangan besar, apalagi ia harus menghadapi Michael Moorer, juara dunia tak terkalahkan yang masih dalam puncak karier.

Namun, 5 November 1994 menjadi hari bersejarah dalam dunia tinju. Foreman membuktikan bahwa semangat juang tidak mengenal usia. Meskipun tertinggal dalam perolehan angka selama beberapa ronde, Foreman tetap sabar dan menunggu momen yang tepat.

Pada ronde ke-10, satu pukulan telak menghantam Moorer dan menjatuhkannya. Foreman pun kembali menjadi juara dunia kelas berat, sekaligus mencatatkan diri sebagai juara tertua dalam sejarah tinju dunia.

Warisan Sang Legenda

Setelah pensiun dari dunia tinju pada 1997 dengan rekor luar biasa 76 kemenangan (68 KO) dan hanya lima kekalahan, George Foreman tak lantas menghilang dari sorotan. Dia memilih jalur kehidupan yang berbeda, yakni menjadi pendeta dan pengusaha sukses.

Salah satu bisnisnya yang paling dikenal adalah alat pemanggang George Foreman Grill, yang sukses besar di pasaran dan memperkenalkan namanya pada generasi baru.

Di luar ring, Foreman dikenal sebagai pribadi yang rendah hati, religius, dan dermawan. Dia menjadikan kehidupannya sebagai inspirasi bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang pernah mengalami masa sulit.

Kepergiannya pada tahun 2025, jelas menjadi duka bagi publik tinju dunia. Namun warisan George Foreman tidak akan pernah pudar. Tiga pertarungan ikoniknya akan selalu dikenang sebagai petarungan terbaik Foreman sepanjang masa. (Gerry Putra)


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.