Mengenal Capoeira, Seni Bela Diri Asal Brasil yang Unik dan Mendunia

Pemuda Brasil sedang melakukan atraksi beladiri capoeira. (Foto/VisitBrasil)

LUDUS – Ada beragam jenis seni bela diri yang berkembang di dunia, capoeira menempati tempat istimewa. Tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, capoeira juga memadukan keindahan gerak layaknya sebuah tarian diiringi musik tradisional Brasil.

Perpaduan antara beladiri, musik, dan tarian ini menjadikan capoeira begitu unik dan memikat. Tak heran, UNESCO mengakui capoeira sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2014.

Berbeda dari seni bela diri lain, gerakan capoeira lebih berpusat pada kaki. Tendangan-tendangan akrobatik, gerakan berputar, hingga ayunan tubuh menjadi ciri khasnya.

Baca juga: Mengenal 6 Perguruan Pencak Silat di Nusantara, Warisan Seni Bela Diri Leluhur yang Mendunia

Semua gerakan itu dilakukan dengan luwes, seolah sedang menari, namun tetap dalam kerangka pertarungan yang penuh teknik.

Dalam praktiknya, pertarungan capoeira hampir selalu diiringi musik. Beberapa alat musik tradisional Brasil berperan penting dalam membangun ritme dan semangat permainan capoeira.

Salah satu alat musik yang sangat ikonik adalah berimbau—sebuah instrumen berbentuk busur sederhana yang menghasilkan suara khas ketika dipetik menggunakan tongkat kecil.

Selain berimbau, ada pula atabaque, sebuah gendang besar yang dipukul dengan tangan untuk menghasilkan dentuman ritmis, membakar semangat para capoeirista. Capoeira tidak hanya populer di kalangan praktisi bela diri, tetapi juga menarik perhatian publik dunia.

Baca juga: Jejak Wing Chun, Bela Diri yang Populer Berkat Bruce Lee

Salah satu momen terkenalnya adalah ketika pesepak bola Portugal, Luis Nani, memperagakan gerakan capoeira saat diperkenalkan sebagai pemain baru Valencia CF pada 2016. Aksi Nani menunjukkan bagaimana capoeira telah menembus batas dunia olahraga dan hiburan.

Selain itu, capoeira juga dikenal luas melalui video game. Tekken menjadi game console yang cukup memperkenalkan capoeira melalui tokoh Eddy Gordo.

Karakter Eddy Gordo yang berkulit coklat dan gimbal, layaknya orang Brasil pada umumnya. Gerakannya juga lincah dan mematikan, membuat penggemar Tekken banyak yang memfavoritkan Eddy Gordo.

Jejak Sejarah Capoeira

Pemuda Brasil sedang melakukan beladiri capoeira. (Foto/VisitBrasil)

Asal usul capoeira tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang perbudakan di Brasil. Dikutip melalui laman Gingaapoeira.com, seni bela diri ini lahir dari komunitas budak Afrika yang dibawa ke Brasil oleh penjajah Portugis sejak abad ke-15.

Dalam kondisi penuh tekanan dan kekerasan, mereka mengembangkan capoeira sebagai bentuk perlawanan dan alat pertahanan diri. Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa para budak sering berlatih capoeira di tempat-tempat tersembunyi, seperti lapangan terbuka di tengah hutan.

Bahasa Tupi-Guarani menyebut area semacam itu dengan istilah “caa-puera,” yang diyakini menjadi asal nama “capoeira.” Gerakan mereka dikamuflasekan menjadi tarian agar tidak dicurigai oleh para penjaga.

Seiring berjalannya waktu, capoeira menjadi simbol kebebasan dan semangat perlawanan. Namun, masa-masa sulit kembali datang setelah perbudakan dihapuskan di Brasil pada tahun 1888.

Baca juga: Mengenal Perlengkapan Taekwondo untuk Keselamatan dan Performa Atlet, Perhatikan Detail Ini

Banyak mantan budak yang menganggur dan akhirnya menggunakan capoeira untuk bertahan hidup, kadang-kadang terlibat dalam tindak kriminal. Karena itu, pada tahun 1890, pemerintah Brasil resmi melarang praktik capoeira.

Mereka yang ketahuan berlatih bisa dihukum berat, bahkan dipenjara. Walaupun dilarang, capoeira tidak pernah benar-benar mati. Seni bela diri ini tetap diajarkan secara diam-diam, diwariskan dari generasi ke generasi di jalan-jalan kecil hingga halaman belakang rumah.

Di tengah tekanan tersebut, muncul sosok berpengaruh bernama Manuel dos Reis Machado, atau lebih dikenal sebagai Mestre Bimba. Dia menjadi tokoh penting dalam upaya mengangkat kembali capoeira dari bayang-bayang larangan.

Pada tahun 1930-an, dia berhasil menyelenggarakan pertunjukan capoeira di hadapan Presiden Brasil saat itu, Getulio Vargas. Pertunjukan ini membuka mata pemerintah dan masyarakat Brasil terhadap nilai budaya capoeira.

Tidak lama kemudian, capoeira resmi diakui sebagai bagian dari warisan budaya Brasil. Mestre Bimba pun mendirikan sekolah capoeira pertama, yang memungkinkan publik mempelajari seni bela diri ini secara terbuka dan terstruktur.

Teknik Dasar Capoeira

Dua petarung capoeira sedang mengeluarkan kemampuannya di pertandingan. (Foto/Capoeira WCF)

Capoeira, seni bela diri yang berasal dari Brasil, tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga memadukan elemen tari, akrobatik, dan musik. Bagi seorang praktisi capoeira, atau yang biasa disebut capoeirista, menguasai teknik dasar merupakan kunci penting sebelum mampu berimprovisasi dalam pertarungan maupun pertunjukan.

Berikut ini adalah beberapa teknik dasar capoeira yang wajib dipahami setiap capoeirista:

1. Ginga
Dalam dunia capoeira, ginga adalah gerakan dasar yang menjadi pondasi dari semua teknik lainnya. Bisa dibilang, ginga adalah “kuda-kuda” dalam capoeira. Bedanya, ginga dilakukan dengan gerakan mengayun tubuh yang konstan dan ritmis, bukan posisi diam.

Gerakan ini bertujuan menjaga kelincahan dan membuat tubuh selalu siap melakukan serangan maupun bertahan. Dalam capoeira regional, variasi ginga cenderung lebih terstruktur dibandingkan dengan gaya capoeira Angola yang lebih bebas dan improvisatif.

Meskipun tampak sederhana, menguasai ginga dengan baik membutuhkan keseimbangan, irama, dan pemahaman ritme musik.

2. Armada
Armada adalah teknik tendangan memutar yang menjadi salah satu ciri khas capoeira. Untuk melakukan armada, capoeirista harus memutar tubuh dengan satu kaki sebagai poros, sambil menjaga pandangan ke arah lawan.

Setelah itu, kaki yang lain digunakan untuk melayangkan tendangan melingkar. Teknik ini mengandalkan kekuatan otot kaki, fleksibilitas tubuh, serta momentum putaran.

Armada bukan hanya digunakan untuk menyerang, tetapi juga bisa menjadi bagian dari kombinasi gerakan saat beradu teknik di roda capoeira.

3. Passape
Passapé merupakan teknik tendangan yang dilakukan dari arah luar menuju ke dalam. Biasanya, passapé digunakan untuk menyerang bagian atas tubuh lawan, terutama kepala atau wajah.

Gerakan ini membutuhkan kecepatan, kekuatan otot kaki, dan kontrol tubuh yang baik. Dalam beberapa kombinasi, passapé sering kali digabungkan dengan teknik armada untuk menciptakan pola serangan yang sulit diprediksi lawan.

4. Queixada
Kalau passapé menyerang dari luar ke dalam, queixada melakukan kebalikannya. Teknik ini melibatkan tendangan yang bergerak dari dalam ke arah luar. Sama seperti passapé, queixada menyasar bagian kepala atau wajah lawan.

Gerakan queixada terlihat elegan namun tetap membawa kekuatan. Teknik ini sering dipakai untuk mengecoh lawan dalam permainan capoeira, mengandalkan kecepatan putaran tubuh untuk menciptakan serangan yang sulit dihindari.

5. Au
Au dalam capoeira setara dengan gerakan handstand cartwheel dalam dunia akrobatik. Teknik ini digunakan untuk memindahkan posisi, menyerang, atau menghindari serangan lawan. Au juga menjadi dasar bagi banyak kombinasi gerakan capoeira yang lebih kompleks.

Untuk melakukan au, capoeirista membungkukkan tubuh, meletakkan tangan di tanah, dan menendang kaki ke udara sambil menjaga keseimbangan. Teknik ini tidak hanya membutuhkan kekuatan tangan dan bahu, tetapi juga kelincahan serta koordinasi tubuh yang baik.

Selain sebagai teknik ofensif, au juga bisa berfungsi defensif dengan mengganggu keseimbangan lawan atau menghindari serangan yang datang.

6. Esquiva
Tidak semua tentang capoeira adalah menyerang. Esquiva, atau teknik menghindar, adalah bagian vital dalam filosofi capoeira.

Gerakan esquiva fokus pada menggerakkan tubuh dan kepala untuk menghindari serangan lawan, sambil tetap menjaga keseimbangan untuk siap membalas atau melanjutkan permainan.

Ada berbagai variasi esquiva, mulai dari esquiva lateral (menghindar ke samping) hingga esquiva baixa (menghindar dengan menurunkan tubuh). Menguasai esquiva memungkinkan seorang capoeirista bertahan lebih lama di dalam roda tanpa terkena serangan. (*)

Laporan: Gerry Putra


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.