“Sebelum kau bisa melempar lawanmu, kau harus berdamai dengan baju yang akan kau pakai untuk jatuh.”

Baju judo biasanya diukur berdasarkan tinggi badan, misalnya 150, 160, hingga 180 cm (Foto: Ludus Store)
Ada rasa gugup yang aneh saat pertama kali seseorang memutuskan untuk belajar judo. Bukan karena takut jatuh, tapi karena tahu bahwa untuk bisa berdiri tegak di atas tatami, seseorang harus lebih dulu belajar bagaimana cara jatuh dengan benar. Dan sebelum semua itu, ada satu hal yang harus dilakukan: memilih judogi — baju judo pertama.
Bagi yang baru memulai latihan, memilih judogi sering terasa seperti teka-teki kecil yang datang sebelum pelajaran pertama dimulai. Padahal, keputusan ini penting: kenyamanan, daya tahan, hingga keamanan saat latihan sangat bergantung pada baju yang dipakai.
Mencari baju judo pertama bisa jadi pengalaman yang membingungkan. Di toko olahraga, rak-rak dipenuhi pilihan: ada yang ringan, ada yang tebal. Ada yang putih bersih, ada pula yang biru gelap. Di labelnya tertulis angka-angka yang tak segera bisa dimengerti — 160, 550 g/m², IJF Approved. Belum lagi sabuknya. Haruskah beli yang satu set? Apakah semua seragam judo itu sama?
Judogi bukan sekadar seragam. Ia adalah perkenalan pertama kita dengan dunia yang penuh disiplin, keseimbangan, dan kekuatan. Memilih judogi yang tepat bisa membuat pengalaman latihan lebih nyaman, sekaligus mencegah cedera yang tak perlu. Tapi, bagi pemula, dunia judogi bisa tampak membingungkan. Maka, mari kita uraikan pelan-pelan.
Artikel ini disusun untuk membantu para pemula memahami dunia judogi. Mulai dari ukuran, bahan, warna, hingga standar resmi dari International Judo Federation (IJF). Supaya kamu tak lagi bingung.
Ukuran: Bukan Sekadar Angka
Baju judo biasanya diukur berdasarkan tinggi badan, misalnya 150, 160, hingga 180 cm. Tapi jangan hanya terpaku pada angka. Pastikan panjang lengan berakhir sedikit di atas pergelangan, dan celana mencapai mata kaki. Terlalu panjang bisa mengganggu gerakan, terlalu pendek bisa membatasi mobilitas.
Judogi yang baik terasa longgar, tapi tidak kedodoran. Idealnya, saat kamu mengangkat tangan atau jongkok, tubuh tetap leluasa bergerak. Jika kamu merasa sesak atau terlalu terbungkus, cari ukuran atau potongan yang lebih sesuai.
Baca Juga: Merawat Dobok Taekwondo: Merawat Disiplin, Menjaga Martabat
Bahan: Ringan di Tubuh, Kuat di Pegangan
Untuk pemula, disarankan memilih bahan ringan. Judogi biasanya memiliki bobot antara 350–950 gram/m². Bagi yang baru memulai, pilih yang berada di kisaran 350–550 gram/m² — cukup ringan untuk latihan dasar, tapi cukup kuat untuk menerima tarikan dan jatuhan.
Tapi seiring meningkatnya level latihan, terutama jika kamu mulai mengikuti turnamen, penting untuk mengetahui standar resmi. Federasi Judo Internasional (IJF) merekomendasikan judogi yang memiliki berat kain antara 650 hingga 750 gram/m². Selain berat, warna juga harus sesuai standar IJF: putih atau biru dengan potongan dan panjang yang telah ditentukan.

International Judo Federation (IJF) menetapkan kriteria teknis yang ketat untuk judogi yang boleh dipakai dalam kompetisi resmi berskala internasional (Foto: Ludus Store)
Meskipun banyak merek yang menawarkan judogi serupa, pastikan baju yang kamu pilih mencantumkan label IJF Approved jika kamu berniat mengikuti kompetisi resmi.
Potongan yang Tepat: Ini Bukan Karate
Sekilas, baju judo terlihat mirip dengan seragam karate atau taekwondo. Tapi jangan tertukar. Judogi dirancang untuk lemparan, kuncian, dan tarikan — kerahnya tebal, jahitannya diperkuat, dan lengannya lebih lebar. Memakai seragam yang salah bisa membuat latihan menjadi tidak maksimal, bahkan membahayakan.
Warna dan Sabuk: Simbol Kesederhanaan
Untuk latihan, warna putih sudah cukup. Biru biasanya dipakai untuk pertandingan. Sabuk putih adalah lambang awal, simbol kesiapan untuk belajar. Kebanyakan paket pemula sudah menyertakan sabuk, tapi jika belum, belilah sabuk putih dengan panjang yang sesuai lingkar pinggang dan gaya ikat dua lilitan.
Merek dan Harga: Tak Perlu yang Mahal di Awal
Untuk pemula, tak perlu langsung membeli judogi bersertifikasi IJF yang harganya bisa menyentuh angka jutaan rupiah. Fokuslah pada kualitas jahitan, kekuatan kerah, dan kenyamanan saat dipakai, bukan sekadar label.
Cek Kualitas: Sentuh, Rasakan, Coba Gerakkan
Perhatikan bagian kerah — ini akan sering ditarik. Pastikan cukup tebal dan kuat. Periksa juga jahitan: dobel atau tripel lebih disarankan. Cobalah gerakkan tangan ke atas, menekuk lutut, atau menarik bagian baju. Jika semua terasa nyaman, kemungkinan besar itu baju yang tepat.
International Judo Federation (IJF) menetapkan kriteria teknis yang ketat untuk judogi yang boleh dipakai dalam kompetisi resmi berskala internasional. Kriteria ini tidak hanya menyangkut estetika dan warna, tetapi juga ukuran, ketebalan, kekuatan kain, dan bahkan cara potongannya. Berikut adalah kriteria lengkap yang diberikan IJF untuk judogi kompetisi:
1. Berat Kain
-
Minimal: 650 gram/m²
-
Maksimal: Sekitar 750 gram/m²
-
Judogi harus cukup tebal untuk menahan tarikan dan cengkeraman, namun tetap memungkinkan gerakan bebas. Bobot ini biasanya disebut “heavyweight judogi”.
2. Warna
-
Hanya dua warna yang diperbolehkan:
-
Putih
-
Biru IJF standar (biru tua, bukan biru terang)
-
-
Warna harus seragam, tidak luntur, dan tidak memudar. Kombinasi warna (misalnya kerah biru dan badan putih) tidak diperbolehkan.
3. Ukuran dan Potongan
IJF memiliki pengukuran teknis spesifik, dan setiap judogi harus lolos inspeksi resmi sebelum pertandingan. Beberapa standar utama:
-
Lengan baju:
-
Harus mencapai antara 8 cm – 10 cm dari pergelangan tangan saat tangan diluruskan ke bawah.
-
Lingkar lengan harus cukup lebar agar pengawas dapat menyelipkan alat pengukur (dengan kelonggaran tertentu).
-
-
Panjang baju:
-
Harus menutupi bokong dan tidak lebih dari mencapai lutut.
-
-
Kerah/jawaban:
-
Ketebalan minimal 4 mm
-
Lebar maksimal 4 cm
-
Harus cukup kaku untuk menahan cengkeraman, tetapi tidak terlalu kaku hingga sulit digenggam.
-
-
Celana:
-
Harus menutupi hingga setidaknya 5 cm di atas mata kaki, tapi tidak menyentuh tanah.
-
Kain celana harus sama kuat dengan atasan.
-
4. Label “IJF Approved”
-
Judogi resmi harus memiliki label “IJF Approved” yang menunjukkan bahwa baju tersebut telah memenuhi semua standar teknis.
-
Label biasanya terpasang di:
-
Bagian bawah jaket
-
Bagian atas celana
-
Sabuk (untuk sabuk bersertifikat)
-
5. Tidak Boleh Ada Tambahan Aneh
-
Tidak boleh ada bordiran, logo tambahan, atau ornamen di luar logo pabrikan dan sponsor resmi (misalnya di punggung).
-
Patch nama dan negara hanya boleh ditempel di tempat yang diizinkan (biasanya di bagian belakang).
6. Kebersihan dan Kerapian
-
Judogi harus bersih, tidak bau, tidak sobek, dan dalam kondisi layak pakai.
-
Harus kering (tidak boleh lembab atau basah), dan tidak boleh terlalu keras karena kelebihan kanji (starch) — karena dapat melukai lawan.
LUDUS STORE menyediakan peralatan beladiri terlengkap dan terpercaya

Legenda judo Indonesia, Krisna Bhayu, memberikan pandangan bahwa memakai baju judo lebih pada kebiasaan dan kenyamanan (Foto: Ist)
Lebih dari Sekadar Seragam
Legenda judo Indonesia, Krisna Bhayu, yang kini memimpin cabang olahraga Sambo Indonesia, membantu memberikan pandangan untuk memahami dasar-dasar memilih judogi — dari ukuran, bahan, hingga standar internasional
“Bukan baju judo yang mempengaruhi penampilan, tapi lebih pada kebiasaan dan kenyamanan,” ujar Krisna, yang pernah membawa nama Indonesia di berbagai turnamen Asia dan internasional. “Ada merek baju tertentu yang mudah menyusut kalau sering dicuci dan dijemur. Tapi sekarang baju judo sudah standar internasional semua, jadi relatif aman. Masalahnya adalah kebiasaan saja — ada bahan yang lembut, ada bahan yang keras.”
Pada akhirnya, judogi bukan sekadar pakaian. Ia akan menyerap keringatmu, menyaksikan jatuh bangunmu, dan perlahan menjadi bagian dari dirimu. Ia tidak hanya akan menjadi saksi lemparan pertamamu, tapi juga kerendahan hati saat kalah dan keheningan batin sebelum salam.
Pilihlah dengan bijak. Karena di balik setiap baju putih itu, ada cerita panjang tentang seseorang yang memulai dari nol — dan pelan-pelan belajar untuk jatuh, lalu bangkit, lalu jatuh lagi, sampai akhirnya ia tahu: judo bukan tentang menang, tapi tentang bertahan. (Dari Berbagai Sumber)