Raja Sapta Oktohari Dan Legacy Multi-Event

“Olahraga selalu meninggalkan legacy dan ini terjadi di penyelenggaraan multi-event di Indonesia, baik Asian Games, Asian Para Games, termasuk ASEAN Para Games Solo. Banyak legacy yang ditinggalkan dan kami bisa banyak belajar di sini, di ASEAN Para Games”

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id

Ketua NOC Raja Sapta Oktohari sangat percaya, bahwa penyelenggaraan multi-event olahraga internasional di Indonesia mampu meninggalkan legacy. Termasuk ajang ASEAN Para Games Solo 2022  yang sedang berlangsung.

Pernyataan Okto, pada Senin (2/8/22) di Stadion Manahan Solo, saat melihat proses siaran langsung ASEAN Para Games, agaknya berdasarkan pengalamannya ketika memimpin INAPGOC, panitia besar penyelanggaraan Asian Para Games 2018 di Jakarta. Ketika itu, ia tak hanya sukses prestasi dan penyelenggaraan, tapi juga meninggalkan legacy untuk kali pertama dalam sejarah penyelanggaan Asian Para Games, hak siar dijual ke stasiun televisi. Waktu itu, banyak negara asia membeli hak siarnya, termasuk TVRI, Metro TV dan Vidio. Legacy lainnya adalah seluruh 18 cabang olahraga diproduksi langsung untuk disiarkan LIVE ke para pemegang hak siar.

Okto hadir  menyaksikan langsung ASEAN Para Games Solo bersama Komite Eksekutif Rafiq Hakim Radinal dan Suryo Agung. Mereka juga bertemu dengan Ketua ASEAN Para Games Organizing Committee (INASPOC), yang juga Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, Ketua Komite Paralimpiade (NPC) Indonesia Senny Marbun serta Ketua Komite Paralimpiade Asia (APC) Majid Rashed.

“Banyak legacy yang ditinggalkan dan kami bisa banyak belajar di sini, salah satunya terkait broadcasting,” ujar Okto saat bertemu dengan Gibran di International Broadcast Center (IBC). Pembelajaran yang dimaksud, lanjut Okto, dapat diadopsi oleh NOC Indonesia. Khususnya dalam menyiapkan diri menjadi tuan rumah ANOC World Beach Games 2023 Bali.

Ini akan menjadi multi-event olahraga pantai dan air paling prestisius yang diadakan di Indonesia yang diikuti 1.200 atlet lebih dari 100 negara serta dihadiri 205 NOC’s serta para petinggi organisasi olahraga. Di antaranya, Presiden IOC Thomas Bach, Presiden ANOC Robin Mitchel, serta President WADA Witold Banka.

“Kami juga bisa banyak belajar karena Indonesia akan menjadi tuan rumah AWBG dan jumlah cabor yang dipertandingkan sama seperti ASEAN Para Games Solo, yakni 14 cabor. Artinya kami dapat belajar juga menyelenggarakan pertandingan dengan cost yang efisien dan waktu yang pendek,” terang Okto, yang jmendapat penjelasan Gibran hanya memiliki waktu 2 minggu memaksimalkan persiapan.

Sementara itu, Gibran menyambut hangat kedatangan Okto di Solo. Ia berharap penyelenggaraan ASEAN Para Games kedua di Solo kali ini dapat meninggalkan legacy.

Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id

“Harapannya dengan adanya penyelenggaraan ASEAN Para Games ini adalah semoga Solo bisa lebih ramah dengan teman-teman difabel kita dan warga Solo dapat lebih aware dengan atlet-atlet kita,” kata Gibran.

ASEAN Para Games ke-11 sejatinya diadakan di Vietnam, sebagaimana SEA Games edisi ke-31, Mei lalu. Namun, Vietnam memutuskan tidak menyelenggarakannya, sehingga Indonesia menawarkan secara sukarela untuk menjadi tuan rumah demi kepentingan atlet difabel se-Asia Tenggara yang tidak sempat merasakan kompetisi sejak 2019

Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari, menyematkan PIN NOC kepada Gibran Rakabuming Raka (Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id)


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.