
Mantan atlet taekwondo nasional Ahmad Nabil saat masih aktif bertanding.
Indonesia pernah memiliki satu taekwondoin berprestasi yang namanya cukup diperhitungkan, tak hanya di level nasional tapi juga internasional. Sosok tersebut adalah Ahmad Nabil.
Pria bernama lengkap Ahmad Nabil M Faqih itu sempat menduduki peringkat 14 dunia pada 2013 silam. Sebuah pencapaian tertinggi bagi pemilik sabuk hitam DAN V Kukkiwon ini ketika masih aktif sebagai atlet.
Sebelum mencapai ke titik tersebut, pria kelahiran Kairo, 11 Januari 1988, telah melalui perjalanan yang panjang. Pasalnya, dia memulai kisahnya sebagai atlet dari usia yang sangat muda.
Nabil kecil mengawali latihan taekwondo sejak usia 5,5 tahun. Dia diperkenalkan dengan olahraga beladiri tersebut oleh orang tuanya semasa masih tinggal di Kairo, Mesir.
Nabil memang menghabiskan sebagian masa kecilnya di Negeri Piramida itu. Makanya, selain bersekolah, orang tuanya membekalinya dengan kegiatan lain untuk mengisi waktu luang.
“Saya diceritakan oleh ayah saya dimasukkan taekwondo sebenarnya supaya sehat dan bisa mengisi waktu dengan kegiatan positif,” ujar Nabil saat ditemui Ludus.id.
“Saya dulu bergabung di Shooting Club. Sebenarnya, itu memang klub menembak hanya saja membuka berbagai cabang olahraga,” tambahnya.
Tanpa disangka, Nabil dengan cepat menambatkan hatinya pada beladiri yang berasal dari Korea Selatan ini. Pasalnya, Nabil juga terinspirasi dari sejumlah film beladiri yang terkenal pada saat itu. Dia pun semakin rutin berlatih di saat teman-teman sebayanya asyik bermain.
Sekian tahun menimba ilmu, tiba waktunya anak dari pasangan Mohamad Saqih dan Mu’minah itu unjuk kemampuan ketika mendapat kesempatan bertanding di kejuaraan dunia antarklub taekwondo bertajuk Sang Yoong Cup di Jerman pada 1997 pada usia 9 tahun.
Hasilnya, Nabil bisa menyabet medali emas di nomor kyorugi. Setahun berselang, dia pun kembali mempertahankan prestasinya itu di ajang yang sama.
Ternyata, kemenangan tersebut membuatnya semakin bersemangat untuk mendalami taekwondo. “Jadi, saya semakin didukung orang tua untuk menekuni taekwondo,” tutur Nabil.

Mantan atlet taekwondo nasional Ahmad Nabil saat menjuarai kejuaraan dunia antarklub taekwondo bertajuk Sang Yoong Cup di Jerman pada 1997.
Setelah 10 tahun menetap di Kairo, Nabil harus pulang ke Indonesia dikarenakan sang ayah yang bekerja di KBRI Kairo telah selesai masa tugasnya dan kembali ke Jakarta.
Pindah tempat tinggal tak menyurutkan semangat Nabil dalam berlatih taekwondo. Justru, prestasinya semakin menonjol dengan menjuarai sejumlah kejuaraan level junior tingkat nasional. Hingga akhirnya, dia berkesempatan masuk pelatda dan membela tim DKI Jakarta sejak 2005.
Hari demi hari dilaluinya dengan berlatih dan bertanding. Menang dan kalah sudah menjadi hal biasa yang dilalui Nabil dalam setiap pertandingan yang dijalaninya.
Namun, sebuah momentum didapatnya pada 2008 silam. Kala itu, Nabil tampil di kejuaraan nasional mahasiswa dan keluar sebagai pemenang sekaligus atlet terbaik.
Di luar dugaan, kemenangan itu menjadi pintu baginya untuk dipanggil pelatnas dan menjadi atlet nasional untuk membela Indonesia mulai 2009.
“Saya dari SMA sudah menetapkan hati untuk fokus menggeluti taekwondo dan bercita-cita ingin jadi atlet nasional. Dan Alhamdulillah mimpi itu terwujud,” ucap Nabil.
Kesempatan itu pun digunakan dengan baik oleh Nabil guna menancapkan namanya di pentas dunia. Pasalnya, dengan masuk pelatnas, Nabil memiliki peluang tanding di kejuaraan internasional. Dia mengawalinya dengan merebut medali emas Kejuaraan ASEAN ATF 2009 di Vietnam.
Berbagai juara pun dirasakannya ketika bertanding di nomor yang jadi spesialisasinya, yakni kyorugi U-54 kg. Sampai pada akhirnya, Nabil bisa terpilih masuk tim SEA Games 2011 yang jadi multievent pertamanya selama menjadi atlet pelatnas.
Sayang, dia gagal mempersembahkan medali emas. Nabil hanya meraih medali perunggu di pesta olahraga se-Asia Tenggara itu.

Mantan atlet taekwondo nasional Ahmad Nabil saat menjuarai kejuaraan nasional taekwondo.
Barulah pada 2012, prestasi Nabil kembali meningkat. Bisa dibilang, 2012 menjadi tahun keemasan bagi anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Dia sukses merebut medali perunggu Kejuaraan Asia dan puncaknya merebut medali emas PON Riau. Kesuksesan tersebut membuat peringkat dunianya naik ke urutan 14 pada 2013.
Nabil terus menjaga performa dalam kurun waktu dua tahun berikutnya. Namun, dia tak bisa mengelak jika atlet memang memiliki batas.
Dia menyadari hal tersebut ketika memasuki 2016 di mana prestasinya sudah tak secemerlang dulu. Bahkan, dia tak bisa mendapatkan apa pun dari partisipasinya di PON Jawa Barat yang membuatnya tak lama memutuskan untuk pensiun.
“Momen tersebut menjadi momen terbawah saya karena pikiran sudah bercabang memikirkan mau ke mana jika nantinya sudah pensiun jadi atlet meski sudah diterima PNS. Pada akhirnya saya memutuskan untuk membuka dojang dan menjadi pelatih,” ungkap Nabil.
Selepas pensiun, Nabil tak hanya melatih di dojang miliknya sendiri, dia juga ditunjuk menjadi pelatih di pelatda DKI Jakarta hingga saat ini.

Mantan atlet taekwondo nasional Ahmad Nabil.
Tinggalkan Kuliah dan Bertemu Istri
Keseriusan Nabil untuk menjadi atlet nasional agaknya tak perlu dipertanyakan. Dia rela melakukan hal yang mungkin bakal disayangkan oleh orang lain.
Pasalnya, dia terbilang nekat dalam mengambil keputusan. Nabil rela meninggalkan kuliahnya demi bisa masuk pelatnas.
Ya, surat pemanggilan pelatnas datang pada 2009 di saat dia sudah tinggal sedikit lagi menyelesaikan kuliahnya. Kala itu, Nabil sudah masuk semester akhir jurusan manajemen di STEI Rawamangun. Pada akhirnya, dia memilih untuk menunda menyelesaikan kuliah demi mengejar cita-citanya itu.
“Waktu itu gembiranya bukan main saat tahu dapat pemanggilan pelatnas. Lalu, saya pikir kesempatan dipanggil pelatnas tak datang dua kali sementara kuliah bisa saya lanjutkan lagi nanti. Makanya saya pilih masuk pelatnas,” kata Nabil.
Ternyata, keputusan itu terbukti tepat. Nabil bisa meraih mimpinya menjadi atlet nasional.
Bahkan, tak hanya itu saja. Nabil menemukan tambatan hatinya yang kini menjadi istrinya dari pelatnas. Namanya adalah Dewi Puspitasari.
Keduanya dulu sama-sama merupakan atlet pelatnas. Bertemu setiap hari membuat benih cinta di antara keduanya tumbuh hingga akhirnya menikah pada 2015.
“Kami kan sama-sama terus sebagai atlet pelatnas. Nah, dari situ akhirnya kami dekat,” ujar Nabil.
Di tahun 2015 itu juga, Nabil menuntaskan janjinya untuk menyelesaikan kuliahnya yang tertunda. Bahkan, kini Nabil memiliki dua gelar sarjana setelah mengambil kuliah lagi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada 2021 yang selesai pada 2023.