AICC 2025: Al Ain Membakar, Hari Berat Pecatur Putra, Tetap Ada yang Buka Jalan Menuju Sejarah!

Ketika panas membakar dan kekalahan menyelimuti, harapan justru tumbuh dari langkah-langkah paling tenang

GM Novendra Priasmoro bermain remis vs IM Chen Qi B dari China. Novendra kini sendirian menjadi top skor buat tim Indonesia dengan 3 poin (Foto: Percasi)

LUDUS – Siang kemarin, Minggu 11 Mei 2025,  Al Ain diselimuti panas ekstrem. Suhu di atas 40 derajat Celsius di luar Danat Hotel Resort, seolah ikut memengaruhi fokus para pecatur Indonesia di dalam arena—ketenangan goyah, ketajaman terganggu.

Babak kelima Asian Individual Chess Championship (AICC) 2025, menjadi panggung ujian terberat, dan para kesatria papan catur dari tanah air nyaris semuanya harus mengakui keunggulan lawan.

Dari enam pecatur putra yang turun berlaga, hanya satu yang berhasil menjaga posisi: Grandmaster GM Novendra Priasmoro (2437) . Dengan tenang, Novendra menahan remis melawan International Master (IM) Chen Qi B asal Tiongkok yang memiliki rating lebih tinggi, 2482. Tambahan setengah poin itu membuat Novendra berdiri sendiri sebagai top skor dari Indonesia, mengantongi 3 poin dari lima babak—sinar kecil di antara kelamnya papan-papan pertandingan.

Yang paling menyedihkan adalah kekalahan GM Susanto Megaranto (2477), sang senior yang menjadi harapan. Menghadapi unggulan kedua turnamen, GM Amin Tabatabaei (2670) dari Iran, Susanto harus mengakui keunggulan sang lawan. “Persiapan saya nggak masuk,” aku Susanto dengan jujur.

“Amin main segala macam pembukaan, jadi sulit dipersiapkan. Padahal sebelumnya saya punya skor bagus lawan dia: satu menang, satu remis.”

Namun hari itu, pembukaan yang cair dari Amin menyulitkan Susanto untuk masuk ke zona nyaman. Kekalahan itu membuatnya tertahan di angka 2½ poin.

Nasib serupa dialami IM Farid Firman Syah (2369) yang ditundukkan pecatur muda Iran, GM Sina Movahed (2518), yang baru berusia 15 tahun.
“Saya kalah sabar sama anak 15 tahun,” ucap Farid dengan nada bercampur getir dan kagum. Ia pun masih mengantongi 2½ poin, sama dengan Susanto.

Pukulan lain datang dari IM Gilbert Elroy Tarigan (2415) dan IM Azarya Jodi Setyaki (2364), yang masing-masing takluk dari pecatur Rusia GM Mikhail Domidov (2549) dan GM Ramazan Zhalmakhanov (2456) dari Kazakhstan. Keduanya terhenti di angka 2 poin. Sedangkan IM Aditya Bagus Arfan (2402), si bintang muda, harus mengakui ketangguhan FM Naranbold Sodbilegt (2159) dari Mongolia, dan tetap tertahan di 1½ poin.

WIM Laysa Latifah mencetak kemenangan pertamanya atas WIM Marjona Malikova dari Uzbekistan (Foto: Percasi)

Jika di sektor putra kabar yang datang itu terasa berat, maka dari sektor putri muncul angin segar. Hanya satu dari enam pemain putri Indonesia yang kalah di babak kelima. WGM Dewi AA Citra (2202) harus menyerah dari WCM Madinabonu Khalilova (1987) dari Uzbekistan, dan tetap bertahan di 2 poin.

Llima lainnya tampil lebih kokoh. IM Medina Warda Aulia (2377) bermain remis menghadapi WFM Zarina Nurgaliyeva (2235) dari Kazakhstan, sedangkan WIM Chelsie Monica Ignesias Sihite (2239) juga meraih hasil imbang melawan pecatur India Raman Anaya (1904). Dengan hasil ini, Medina dan Chelsie kini telah mengumpulkan 3 poin.

WIM Laysa Latifah (2262), juga mencatatkan langkah positif. Ia meraih kemenangan pertamanya di turnamen ini atas WIM Marjona Malikova (2060) dari Uzbekistan, dan kini mengoleksi 2½ poin.

Baca Juga: Asian Individual Chess Championship (AICC) 2025: Langkah Novendra, dan Goyangan Angin di Atas Papan Catur

WIM Ummi Fisabilillah menang atas WGM Turmunkh Munkhzul dari Mongolia dan kini membuka peluang besar untuk meraih norma WGM ketiganya (Foto: Percasi)

Salah satu kabar paling menggembirakan datang dari WIM Ummi Fisabilillah (2115). Ia mencetak kemenangan penting atas WGM Turmunkh Munkhzul (2301) dari Mongolia, dan menyusul Medina serta Chelsie dengan perolehan 3 poin. Bukan hanya soal angka: Ummi kini membuka peluang besar untuk meraih norma WGM ketiganya. Dari lima babak, ia telah menghadapi dua International Master dan satu Woman Grandmaster dengan rating tinggi—syarat penting dalam perburuan gelar. Peluangnya semakin terbuka karena di babak keenam ia akan kembali menghadapi lawan tangguh: WGM Alua Nurman (2338, Kazakhstan).

Di luar arena, matahari masih menyengat. Tapi di dalam, suhu mulai berubah. Meski langkah para pecatur putra terseok, cerita belum selesai. Masih ada lima babak tersisa, ruang bagi kejutan dan kebangkitan. Dan justru di tengah tekanan itulah, pecatur putri Indonesia tampil menjanjikan: dari Medina yang konsisten, Chelsie yang tangguh, Laysa yang bangkit, hingga Ummi yang tengah meniti jalan sejarahnya.

Panas Al Ain mungkin belum akan surut. Tapi dari tengah teriknya, lahir nyala semangat yang tak mudah padam. Di babak keenam nanti, Indonesia akan kembali menggerakkan bidak—bukan hanya dengan strategi, tapi juga harapan. (*)


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.