Aku Lamine Yamal dan Aku Tak Takut Siapa pun

Kredit foto: X @EURO2024
Lamine Yamal usai menjadi pahlawan Spanyol di laga semifinal Euro 2024 kontra Prancis di Munich Stadium, Munich, Rabu (10/7).

Ucapan Adrien Rabiot terus terngiang di benakku. Katanya, aku harus melakukan lebih banyak hal jika ingin tampil di final.

Jarak usiaku dengan gelandang timnas Prancis itu terpaut 13 tahun, tapi aku sama sekali tidak takut. Hal itulah yang diajarkan Xavi Hernandez kepadaku.

Perkenalkan, namaku Lamine Yamal dan aku tidak takut kepada siapa pun.

Bagaimana mungkin aku takut? Bermain mewakili negara di Euro 2024 adalah impian setiap pemain. Aku ingat pernah menyaksikan pertandingan Euro 2020 bersama teman-teman sebayaku di sebuah pusat perbelanjaan. Sekarang aku sudah di sini. Aku bahkan bisa mewujudkan impianku di usia yang masih sangat muda.

Xavi memang bukan lagi pelatih Barcelona. Musim depan, aku akan ditangani pelatih baru, yaitu Hansi Flick. Namun, pesan Xavi kepadaku dan teman-temanku tak akan pernah bisa terlupakan. Xavi selalu berpesan kepada para pemain muda, termasuk aku, bahwa kami tidak boleh takut kepada siapa pun.

Sejak menimba ilmu di La Masia, aku terus mengamini pesan itu. Kamu tahu tidak? Sejak dulu, aku memang sudah terbiasa bermain melawan pemain-pemain yang lebih tua dariku.

Usiaku masih 15 tahun saat bermain di UEFA Youth League. Ketika itu, aku bermain melawan kakak-kakak yang badannya lebih besar dari aku. Bahkan banyak dari mereka yang usianya sudah 20 tahun.

Rekan-rekan setimku di tim junior Barcelona juga banyak yang berusia lebih tua dari aku. Kata orang, aku memang punya bakat istimewa. Namun pelatihku, Oscar Lopez bukan orang yang pandang bulu. Dia tetap memperlakukan semua pemain sama rata, tak peduli kata orang.

Kredit foto: Sky Sports
Lamine Yamal bersama pelatihnya di tim junior Barcelona, Oscar Lopez.

Aku masih ingat betul wawancara Oscar dengan Sky Sports kala itu. Dia berkata bahwa menit bermain yang diberikan kepadaku bukan karena aku diperlakukan secara khusus. Katanya, aku pantas mendapat menit bermain yang banyak, karena aku tidak takut bersaing dengan para seniorku.

“Di lapangan, dia semakin mendapat menit bermain yang lebih banyak, tapi itu adalah hasil dari kerja kerasnya, bukan karena dia berusia 15 tahun dan semua orang mengatakan dia adalah pemain yang sangat bagus,” tutur Lopez.

“Dia harus mendapatkan menit bermain itu. Jadi, selama beberapa bulan, dia masuk, dia bekerja, dia berlatih, dia mendapatkan menit bermainnya. Tapi, dia juga menyadari bahwa dia hanyalah pemain lain dalam skuad yang berisi anak-anak yang tiga atau empat tahun lebih tua darinya,” ujarnya

Aku tersentuh mendengar ucapan Lopez ketika itu. Rupanya selama ini, kerja kerasku membuahkan hasil berupa menit bermain. Aku pun tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.

“Dia sadar bahwa dia harus bangkit, bersemangat, dan melakukan upaya nyata untuk mendapatkan tempat di tim inti. Dia menunjukkan bakatnya tetapi, sedikit demi sedikit, dia juga mendapatkan kemampuan untuk mengatasi, tumbuh, dan meningkatkan kemampuan bawaan yang dia miliki, lanjut Lopez.

Kredit foto: Sky Sports
Lamine Yamal saat membela Barcelona.

Kata Lopez, sikapku di lapangan tidak seperti anak-anak seusiaku. Memang benar, aku tidak pernah gugup sedikit pun ketika masuk ke lapangan. Aku juga ingat pada konferensi pers, bek sayap timnas Jerman, David Raum, yang menjadi lawanku di perempat final Euro 2024, mengucapkan hal yang persis sama.

“Ketika Anda melihat apa yang dia bawa ke lapangan, usia tidak memainkan peran besar. Dia memantapkan dirinya di Barcelona dan di tim nasional. Anda tidak bisa memanggilnya anak kecil lagi,” ujar Raum.

Sabtu besok (13/7), usiaku akan menginjak 17 tahun. Tekadku sekarang adalah merayakan sweet seventeen bersama trofi Euro 2024. Aku tidak peduli lawanku Inggris atau Belanda di final nanti, yang pasti aku tidak pernah takut pada siapa pun, atau tim mana pun.

Pacaran? Nanti Dulu!

Sekarang, banyak media yang menganggapku sebagai bintang baru. Kata orang, seorang bintang sepak bola tidak akan kesulitan mendapatkan perempuan idaman. Namun, aku belum tertarik pada hal-hal seperti itu. Fokusku saat ini adalah karier sepak bola dan pendidikanku.

Wartawan pernah bertanya perihal kehidupan asmaraku. Aku masih ingat medianya. Ya, Mundo Deportivo penasaran dengan siapa aku menjalin hubungan.

Izinkan aku menceritakan momen saat aku bisa saja jatuh pada cinta monyetku. Aku sempat didekati seorang gadis saat menuju lift. Kami pun berdiri berdua di lift tersebut.

Saat itu, belum ada yang aneh pada sikap gadis itu. Dia hanya meminta berswafoto seperti kebanyakan penggemar. Hingga kemudian, gadis itu meminta nomor ponselku. Rupanya, dia ingin kenal lebih dekat denganku.

“Beri saya nomor telepon Anda, saya memerlukannya. Tidak! Saya tidak menginginkannya sama sekali, saya hanya ingin memilikinya (nomor telepon),” kata gadis itu.

Gadis itu terlihat grogi saat meminta nomor ponselku. Aku pun tidak bisa berkata-kata. Saat ini, aku belum punya niat untuk berpacaran. Rencananya, aku akan menikah jika kelak usiaku sudah menginjak 26 tahun. Tentu tidak ada gunanya bukan untuk memiliki kekasih dalam waktu dekat?

Saat ini, aku tidak hanya fokus pada karier sepak bolaku tetapi aku juga fokus belajar. Fisika dan kimia adalah dua mata pelajaran favoritku. Selama Euro 2024, aku juga terus menggunakan waktu luangku untuk mengerjakan PR.

Kredit foto: X @SpainIsFootball
Lamine Yamal meluangkan waktu mengerjakan PR di sela-sela Euro 2024.

Di waktu senggang lain, aku sama sekali belum terpikir untuk menghabiskan waktu dengan perempuan. Aku lebih suka bermain gim atau menonton Netflix. Serial Breaking Bad adalah salah satu favoritku.

Jangankan perempuan. Di kehidupan sehari-hari, aku adalah pribadi yang tertutup. Xavi pun mengakui bahwa aku merupakan orang yang introvert. Tetapi jangan tanya bagaimana sikapku ketika sedang bertanding di lapangan.

“Bahkan ketika dia masih muda, 14 atau 15 tahun dan bermain untuk tim U-16, dia tampak tertutup ketika Anda berbicara dengannya. Tapi, dia ekstrovert ketika harus bermain di lapangan, dan mengelola emosi serta bakatnya,” ucap Xavi.

Terima Kasih Ayah!

Aku berasal dari keluarga imigran asal Maroko. Aku berasal dari keluarga yang kurang berada. Ayahku, Mounir Nasraoui pernah bekerja sebagai tukang plester bangunan, sedangkan Ibuku, Sheila Ebana bekerja sebagai pelayan.

Ayah dan Ibuku menikah saat usia mereka masih cukup muda. Aku dilahirkan saat Ayah masih berusia 18 tahun. Oh iya, izinkan aku juga untuk memperkenalkan dua orang adikku. Adik laki-lakiku bernama Keyne Yamal, sedangkan si bungsu perempuan bernama Baraa Yamal.

Kredit foto: Instagram @hustle_hard_304
Lamine Yamal bersama sang Ibu, Sheila Ebana dan sang Ayah, Mounir Nasraoui.

Meski hanya sebagai tukang bangunan, Ayah adalah salah satu orang paling berjasa di hidupku, di samping Ibu. Ayah mendaftarkanku ke akademi La Masia saat usiaku masih menginjak tujuh tahun.

Ayah terus mendukung minatku terhadap sepak bola. Meski bergabung ke La Masia di usia tujuh tahun, aku sudah gemar bermain sepak bola sejak umurku masih lima tahun.

Aku tumbuh besar di kawasan Mataro, sebuah pemukiman kecil di tengah gemerlap metropolitan Barcelona. Klub lokal, Rocafonda adalah tempatku menghabiskan masa kecil.

Kemudian aku pindah ke berbagai klub, dari mulai La Toretta hingga Granollers. Begitulah kehidupanku sebelum didaftarken ke La Masia.

Kredit foto: Instagram @hustle_hard_304
Lamine Yamal saat masih membela tim junior Barcelona.

Sebagai seorang anak laki-laki, wajar jika aku merasa gengsi  untuk menyampaikan rasa cinta kepada Ayah. Namun, tak bisa tergambar betapa besar aku mencintainya.

Dukungan yang diberikan Ayah kepadaku benar-benar spesial. Lihat saja Instagram pribadi Ayah, @hustle_hard_304. Mayoritas unggahan Instagram Ayah merupakan fotoku.

Ayah selalu hadir di tribune mendukungku ketika timnas Spanyol berlaga. Ayah turut hadir di tribune Munich Stadium, Munich, ketika aku mencetak sejarah sebagai pemain termuda yang mencetak gol di ajang Euro 2024.

Ayah adalah orang yang paling bersemangat setelah menyaksikan gol indahku ke gawang Prancis pada laga itu. Senyum lebar Ayah mengiringi penampilanku pada malam yang indah itu.

Kredit foto: Sky Sports
Lamine Yamal berlari ke pelukan rekan setimnya di bangku cadangan usai mencetak gol indah ke gawang Prancis.

Sekarang saatnya membalas cinta dan dukungan Ayah berupa gelar juara. Mari bawa pulang trofi Euro 2024. Aku sangat menantikan laga final nanti. Ah, aku sudah tidak sabar!


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.