
Menyambut Indonesian Basketball League 2025, beberapa klub memberikan kejutan, terutama perihal perekrutan pemain anyar. Salah satu yang menarik perhatian adalah perpindahan Althof Dwira Satrio yang akan berseragam tim baru setelah tiga tahun membela Rans Simba Bogor.
Pemain yang sudah bersama Rans Simba Bogor sejak 2022 itu memilih untuk berganti klub di IBL 2025. Mulai musim depan, dia akan berkostum Hangtuah Jakarta.
Perpindahan Althof ke Hangtuah menjadi salah satu yang diperbincangkan. Sebab, musim lalu dia baru saja memperbarui kontrak dengan Rans Simba Bogor hingga 2026 dan berstatus sebagai kapten tim.
Kendati demikian, Althof memang kehilangan banyak menit bermain pada kampanye terakhir ketimbang pada musim 2023. Musim lalu, dia hanya tampil sekitar 15 menit per pertandingan sehingga kontribusinya pada tim menurun hanya menjadi 3,3 poin, 1,2 rebounds, dan 1,2 assists per gim.
Jumlah itu menurun sekitar 50 persen ketimbang 2023 yang menjadi musim terbaik dirinya bersama Rans. Di tahun tersebut, Althof mampu mencetak rata-rata 7,6 poin, 2,2 rebounds, dan 1 assist dalam 33 laga termasuk playoffs dikutip situs resmi IBL.
Baca juga:
Final DBL Jakarta Megah dan Pecahkan Rekor
Menjawab rasa penasaran para pencinta basket tanah air, Althof pun mengungkapkan alasan di balik keputusannya berganti klub. Dia mengatakan ingin menimba pengalaman baru bersama dengan tim yang memiliki rekam jejak panjang di kompetisi bola basket nasional.
“Saya ingin cari pengalaman baru dan mau mencari ilmu baru biar bisa lebih eksplor kemampuan diri sendiri,” kata Althof ketika diwawancarai Ludus.id dalam acara IBL Media Day yang dilangsungkan di Jakarta, Kamis (12/12/2024).
Lebih lanjut, Althof mengaku tak mudah dalam mengambil keputusan untuk pindah. Namun, dengan mempertimbangkan berbagai faktor, dia kemudian yakin untuk memilih Hangtuah sebagai pelabuhan baru.
“Sebenarnya ada penawaran dari empat tim yang musim lalu lolos ke playoffs. Namun, akhirnya memutuskan untuk menerima Hangtuah itu gak gampang karena harus riset dulu mana yang terbaik buat saya,” ujar Althof.
“Bukan hanya soal uang, tapi ada faktor lain seperti latar belakang klubnya, rekan setim, manajemen, dan lainnya. Akhirnya, saya menetapkan hati saya dan memutuskan untuk memilih Hangtuah,” lanjut dia.
Pemain yang berposisi sebagai shooting guard itu tak menampik bahwa salah satu faktornya adalah bermain di Jakarta.
“Ya, salah satu faktornya, nilai plusnya, karena (tim) ini di Jakarta,” tutur pebasket 26 tahun itu.
Dengan berpindah klub, Althof menyadari jika dia harus kembali membuktikan diri dan bisa berkontribusi dalam peningkatan prestasi tim. Untuk itu, dia telah memasang target yang coba diwujudkan pada musim depan.
“Target personal, saya mau memperbaiki persentase three point. Secara tim, pasti melaju sejauh mungkin, minimal playoffs, dan selalu meningkat,” ungkap Althof.
Termotivasi DBL
Althof Dwira Satrio merupakan atlet kelahiran 25 Mei 1998. Dia memiliki tinggi badan 184 cm dan kerap memainkan posisi 2 atau sebagai shooting guard.
Walau kini memilih berkarier sebagai pebasket, sejatinya menjadi atlet basket tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Althof. Semasa kecil, dia lebih fokus untuk menekuni sepak bola seperti anak-anak pada umumnya.

Mengetahui sang anak cukup aktif, orang tuanya memasukkan Althof ke Sekolah Sepak Bola (SSB). Dia juga rutin bermain bulu tangkis, taekwondo, bahkan golf bersama sang ayah.
Namun, semua berubah ketika Althof menginjak SMA. Lantaran bersekolah di SMAN 3 Jakarta yang memiliki ekstra kurikuler unggulan basket, Althof pun mulai menekuni olahraga bola pantul ini.
“Saya memang pada dasarnya suka berolahraga. Dulu waktu kecil sempat masuk SSB, diajarin golf juga sama ayah, ikut bulu tangkis juga. Tapi, akhirnya memilih basket ketika masuk SMA, kebetulan tim basketnya berprestasi juga,” ucap Althof.
Althof yang mulai bermain basket kemudian menyaksikan langsung atmosfer Developmental Basketball League (DBL) yang merupakan kompetisi basket pelajar SMP dan SMA paling bergengsi di Indonesia. Setelah itu, Althof pun membulatkan tekad untuk serius di basket.
“(Serius di basket) gara-gara nonton DBL. Waktu itu kan SMAN 3 Jakarta juga lagi bagus di DBL. Lalu melihat senior-senior juga exposure-nya luar biasa. Jadinya happy dan makin serius,” imbuhnya.
Althof ternyata tak salah pilih. Dia membuktikan dirinya semakin menonjol dan mampu berprestasi lewat basket. Bahkan, sampai mendapatkan beasiswa di perkuliahan serta merasakan tampil di Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat 2016 dengan membela tim basket 3×3 DKI Jakarta.
“Selesai SMA terus sampai ke kampus, saya dapat beasiswa di Universitas Esa Unggul. Kemudian mendapatkan kesempatan untuk main di PON, sampai akhirnya melihat basket menjanjikan secara karier dan saya senang, akhirnya memutuskan jadi pemain basket profesional,” ungkap Althof.
Rans Simba Bogor menjadi tim pertama Althof sebagai pemain basket profesional pada musim 2022. Setelah tiga tahun berkarier sebagai pebasket nasional, Althof mengaku masih tak menyangka bisa mengikuti sejumlah kesempatan untuk membela tim nasional. Termasuk dipanggil mengikuti pemusatan latihan timnas basket ke Australia jelang tampil di SEA Games 2023.
“Sama sekali gak pernah menyangka bisa sampai di titik ini. Tetapi, saya adalah orang yang kalau sudah nyemplung di satu pekerjaan, saya harus all out. Fokusnya satu demi satu,” ujar dia.
“Yang terpenting, dengan basket saya bisa buat keluarga bahagia. Itu jadi motivasi terbesar saya untuk sekarang,” tutur Althof.
IBL 2025 sendiri akan bergulir pada 11 Januari 2025 dan berakhir pada Juli. Kompetisi ini masih mempertahankan format kandang-tandang sejak awal musim. Tak ada perubahan dalam jumlah tim peserta yang masih 14.

Setiap tim akan bermain 26 kali di musim reguler dengan pembagian 13 kali kandang dan 13 kali tandang dengan total 203 pertandingan. Untuk fase playoffs masih akan menggunakan format best of three.
IBL Media Day sekaligus jadi momen peluncuran sponsor dan logo baru IBL yang akan resmi digunakan mulai musim 2025. Warna logo baru IBL kini memiliki corak biru setelah sebelumnya berwarna hijau setelah Gopay masuk sebagai sponsor utama sekaligus jadi titel kompetisi.
“Kita tahu bahwa FIBA membuka kantor di Indonesia bukan tanpa alasan. Mereka melihat perkembangan dan potensi bola basket, dengan ketertarikan pasar yang semakin besar. Namun, potensi ini harus juga disertai dengan inovasi, agar minat terhadap bola basket lebih besar lagi,” ujar Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah. (Pratama Yudha)