Bermain Slow Pitch Secara Menyenangkan Bersama Komunitas Kembang Kempis

Credit foto : Dokumentasi Kembang Kempis
Seorang anggota Komunitas Kembang Kempis sedang bersiap memukul bola dalam permainan slow pitch.

Berbagai cara dimiliki oleh masyarakat untuk mengusir penat di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan. Bisa dengan liburan, berkumpul bersama teman, juga berolahraga.

Selain untuk melepas stress, fungsi berolahraga yang pasti membuat tubuh menjadi sehat. Dan semakin hari, semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya berolahraga.

Di Jakarta, ada satu olahraga yang sedang naik daun, yakni slow pitch. Hal itu membuat komunitas slow pitch mulai menjamur sebagai bukti bahwa peminat olahraga ini cukup besar. Salah satu yang terbilang aktif adalah Komunitas Slow Pitch Kembang Kempis.

Sebagai informasi, slow pitch bisa dibilang merupakan olahraga turunan atau cabang rekreasional dari olahraga softball. Pasalnya, terdapat kesamaan poin dan cara bermain di antara keduanya.

Perbedaannya terdapat dari cara melempar bola di mana pada slow pitch bola dilempar dengan pelan, kontak fisik yang lebih minim, dan ketika “home run” tak perlu berlari mengitari base, bisa langsung kembali ke timnya.

Sementara, terdapat perbedaan juga dalam hal jumlah pemain lantaran slow pitch memakai pemain yang lebih banyak ketimbang softball, dengan 10 pemain.

Credit foto : Dokumentasi Kembang Kempis
Seorang anggota Komunitas Kembang Kempis sedang memukul bola dalam permainan slow pitch.

“Slow pitch ini juga minimal dimainkan oleh pemain yang berusia 17 tahun atau setidaknya sudah mahasiswa,” kata pelatih slow pitch, Rizki Jodiansyah.

Kembali ke Kembang Kempis, komunitas ini sebenarnya terbilang baru di kalangan slow pitch Jakarta. Mereka baru berdiri pada 23 Desember 2022 lalu.

Komunitas ini didirikan oleh sepasang anak kembar, Alda Iriano dan Aldy Iriano, beserta satu teman mereka, Nadya Febriana Sarosa. Alda dan Aldy menjadi penggagas lantaran sebelumnya sudah lebih dulu mencoba olahraga ini.

Mulanya, Kembang Kempis dibuat untuk kalangan pribadi saja lantaran anggotanya hanya teman-teman terdekat yang merupakan sesama alumni SMA Bakti Mulya 400. Itu pun hanya sekitar 30 orang.

“Kami membuat komunitas Kembang Kempis ini memang awalnya untuk teman-teman dekat karena bisa sekalian reuni. Slow pitch dipilih karena bisa dimainkan semua gender, pria dan wanita, secara berbarengan,” kata Nadya saat ditemui Ludus.id.

Tak ingin hanya sekadar lewat, Alda kemudian membuat sebuah akun Instagram dengan tujuan untuk mengabadikan setiap kegiatan dari komunitas ini. Namun, seiring waktu berjalan, banyak orang yang meminta untuk bergabung setelah melihat unggahan Kembang Kempis di Instagram.

Credit foto : Dokumentasi Kembang Kempis
Para anggota Komunitas Kembang Kempis sedang mengikuti permainan slow pitch.

“Melihat antusias publik yang tinggi karena banyak yang bertanya lewat DM, akhirnya kami membuka komunitas ini untuk umum mulai Februari tahun ini,” ujar Nadya yang berprofesi sebagai karyawan swasta.

Benar saja, banyak yang mendaftar sebagai anggota ketika Kembang Kempis membuka komunitas ini untuk umum. Untuk memudahkan pendataan, Kembang Kempis terbilang modern lantaran menggunakan aplikasi Reclub untuk memudahkan pemula yang ingin bergabung.

“Seluruh info dari Kembang Kempis ada di aplikasi itu. Mulai dari mendaftar sebagai anggota hingga jadwal latihan,” tutur Nadya.

Cara tersebut ternyata ampuh membuat komunitas ini tumbuh dengan pesat. Bahkan, kini anggota yang terdata sudah sekitar 1.600-an orang.

“Karena anggotanya sudah banyak, setiap latihan kami batasi kuota sekitar 40-50 orang. Jadwalnya dua kali setiap minggu, sehari di weekday dan sehari di weekend di Lapangan Sofball GBK. Per latihan hanya perlu membayar Rp95 ribu,” ucap Nadya.

Berkat keseriusannya membangun komunitas hingga memiliki jumlah anggota yang banyak, Kembang Kempis pun mulai dilirik sejumlah sponsor yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dan operasionalnya, salah satunya adalah aplikasi Doogether. Seluruh kegiatan Kembang Kempis juga kerap dibagikan di Instagram @kembangkempis.sc.

Credit foto : Dokumentasi Kembang Kempis
Para anggota Komunitas Kembang Kempis sedang mengikuti permainan slow pitch.

Membangun Komunitas yang Menyenangkan

Bukan tanpa alasan sampai komunitas Kembang Kempis bisa tumbuh dengan cepat. Pasalnya, mereka membangun komunitas ini dengan kekeluargaan sehingga membuat para anggotanya nyaman.

Selain itu, mereka juga terbuka bagi semua kalangan, utamanya para pemula yang benar-benar baru merasakan olahraga slow pitch. Kebetulan, kebanyakan dari anggota Kembang Kempis masih berstatus sebagai pemula yang artinya baru mencoba bahkan mengenal slow pitch.

“Kami mau masuk ke slow pitch dengan branding yang fun, menyenangkan, dan terbuka untuk pemula. Intinya Kembang Kempis itu adalah komunitas yang seru karena tujuan kami memberikan pengalaman bagi para anggota,” ujar Nadya.

Kendati demikian, Kembang Kempis tetap serius dalam mengembangkan kemampuan para anggotanya. Mereka tak hanya asal bermain. Tetap ada pelatih profesional yang mendampingi dalam setiap latihannya.

Salah satu tujuannya adalah menilai kemampuan para anggota lantaran mereka memiliki tim khusus yang diperuntukkan mengikuti liga komunitas.

Selain itu, Kembang Kempis juga kerap menggelar internal game dengan tujuan menjaga hubungan antar anggota agar tetap aktif. Di samping memantau perkembangan para anggotanya.

“Dan untuk menghindari kebosanan, kami terkadang juga memainkan olahraga lain. Pernah ke bulutangkis bahkan yoga,” ungkap Nadya.

Credit foto : Dokumentasi Kembang Kempis
Para anggota Komunitas Kembang Kempis berfoto bersama usai bermain slow pitch.

Komunitas yang ramah

Memiliki lebih dari 1.500 anggota merupakan bukti bahwa Kembang Kempis merupakan komunitas yang menyenangkan. Bahkan, selalu ada wajah baru yang hadir pada setiap latihan.

Hal itu diakui oleh salah satu anggotanya, Rifki Rafandani Rozmar. Selama 5 bulan bergabung dengan Kembang Kempis, Rifki merasa banyak benefit yang dirasakan olehnya.

“Saya bergabung karena merasa kurang olahraga dikarenakan jadwal kerja yang padat. Akhirnya, saya mengetahui komunitas ini dari teman, lalu kepoin lewat Instagram kemudian mencari tahu bagaimana caranya bergabung,” kata Rifki.

“Saya merasa komunitas ini seru dan akhirnya masih bertahan sampai sekarang. Komunitas ini juga merangkul semua anggotanya agar bisa berkembang bersama-sama,” tambahnya.

Lain halnya dengan anggota lain, yakni Vania Tertia. Dia bergabung lantaran bisa menambah teman.

Credit foto : Dokumentasi Kembang Kempis
Seorang anggota Komunitas Kembang Kempis sedang memukul bola dalam permainan slow pitch.

Di samping itu, dia juga menjadikan Kembang Kempis sebagai wadah untuk melepas penat di tengah kesibukan sebagai ibu rumah tangga.

“Bergabung di sini rasanya senang karena bisa mendapat teman lintas generasi dan dari berbagai profesi juga. Di sini juga gak monoton dan bisa banyak mendapatkan ilmu baru. Membuka banyak koneksi juga,” ujar Vania.

Merasa sangat nyaman dengan slow pitch, Vania bahkan terpikir untuk mengajak anaknya menekuni olahraga ini di masa depan.

“Saya pernah membawa anak saya ikut main di sini dan terpikir untuk nanti ketika sudah cukup umur mau dimasukkan ke klub seperti ini,” tutur dia. (Pratama Yudha)


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.