
Marwah rivalitas duo Manchester sempat hilang selama lebih dari satu dekade lamanya. Penyebabnya tentu kiprah Manchester United yang merosot sepeninggal pelatih legendaris, Sir Alex Ferguson. Di tangan Erik ten Hag, Setan Merah kembali mampu mengganggu dominasi Manchester City di sepak bola Inggris. Final Piala FA 2023-2024 dan Community Shield 2024 menjadi bukti.
Sebelumnya, Man United secara mengejutkan mampu menjungkalkan Man City di final Piala FA musim lalu dengan skor tipis 2-1. Sebelum laga tersebut, Man United sama sekali tidak difavoritkan.
Betapa tidak, pada musim sebelumnya, Man City di bawah asuhan Pep Guardiola mampu merengkuh treble-winner. Dominasi Man City di musim 2023-2024 juga masih tak terbendung.
Man City meraih gelar juara Liga Inggris dalam empat musim beruntun. Berbagai gelar juga berhasil diraih The Citizens pada musim lalu, yakni Piala Dunia Antar Klub dan Piala Super Eropa.
Namun, tak disangka, Man City justru tumbang di tangan rival sekota yang mengalami salah satu musim terburuk dalam sejarah klub. Kedua tim pun kembali bersua di laga Community Shield 2024 yang berlangsung di Wembley Stadium, London, Sabtu (10/8) malam WIB.
Pada laga ini, Man United kembali tak diunggulkan. Penyebabnya lagi-lagi karena kurangnya kualitas dan kedalaman skuad di kubu Manchester Merah. Musim 2024-2025 belum dimulai, namun Man United justru harus kehilangan beberapa pemain andalan.
Rasmus Hojlund mengalami cedera hamstring saat menjalani agenda pramusim. Selain itu, penyerang anyar Man United, Joshua Zirkzee dinyatakan belum dalam kondisi prima lantaran masih minim hadir di sesi latihan.
Absennya Hojulund dan kondisi Zirkzee yang belum siap memaksa Ten Hag untuk tidak menurunkan penyerang murni pada laga bertajuk Derby Manchester tersebut. Bruno Fernandes pun diturunkan di pos ujung tombak meski posisi aslinya adalah gelandang.
Ten Hag juga tidak bisa menurunkan bek anyar mereka, Leny Yoro. Pemain belia yang didatangkan dari LOSC Lille mengalami cedera engkel. Cedera ini memaksa Yoro menepi selama tiga bulan.
Namun, berbagai kekurangan tersebut nampak tidak terlalu berpengaruh signifikan. Secara mengejutkan, Man United mampu memberi perlawanan sengit.
Pada babak pertama saja, Man United mampu unggul penguasaan bola hingga 61 persen. Situasi tidak biasa sebab Man City asuhan Guardiola terkenal dengan gaya bermain dominasi penguasaan bola.
Menghadapi Man City yang berlabel raksasa terbesar Inggris saat ini, Man United berani menampilkan permainan terbuka. Padahal biasanya, jika bertemu tim besar, Man United kerap bermain pasif dengan hanya mengandalkan serangan balik.
Man United bahkan mampu unggul lebih dulu lewat aksi Alejandro Garnacho pada menit ke-82, sebelum disamakan melalui tandukan Bernardo Silva tujuh menit berselang. Keseruan Derby Manchester seperti inilah yang telah lama hilang dari kancah sepak bola Inggris.
Statistik menunjukkan Man United juga unggul dari jumlah tembakan tepat sasaran. Dalam delapan percobaan, Man United melepaskan dua tembakan tepat sasaran.
Sementara tandukan Bernardo Silva merupakan satu-satunya tembakan tepat sasaran Man City dalam sembilan percobaan. Kubu Manchester Biru lebih banyak melepaskan percobaan tembakan, namun peluang mereka masih tidak seberbahaya Man United
Man City cukup banyak menurunkan pemain muda dari akademi mereka, sebut saja Oscar Bobb, James McAtee, Rico Lewis hingga Nico O’Reilly. Namun sisanya, Guardiola tetap menurunkan sejumlah pilar andalannya seperti Erling Haaland, Jeremy Doku, Mateo Kovacic, Ruben Dias serta Manuel Akanji.
Awali musim dengan kekompakan tim
Sepanjang waktu normal, Man City cukup kelimpungan menghadapi permainan Man United yang solid. Penyebabnya, Ten Hag sudah hafal sistem yang dianut Guardiola.
Dalam membangun serangan, Guardiola kerap menugaskan dua pemain sayap untuk bergerak lebih ke dalam. Sementara sisi kelebaran dioperasikan oleh dua bek sayap.
Namun, para pemain belakang Man United selalu sigap mengepung. Baik Jeremy Doku maupun Oscar Bobb tidak memiliki banyak ruang gerak lantaran kalah jumlah dengan ramainya para punggawa Setan Merah yang memadati lini tengah. Rico Lewis yang ditugaskan untuk overlap juga tidak banyak memiliki opsi umpan.

Jeremy Doku dikepung empat pemain Man United, Kobbie Mainoo ikut turun menutup jalur umpan (atas). Oscar Bobb tidak memiliki banyak ruang saat bergerak ke dalam (bawah).
Doku beberapa kali berimprovisasi mencari ruang menggunakan kecepatannya. Namun, arah pergerakan pemain asal Belgia ini mudah terbaca oleh Harry Maguire dan kolega.
Ten Hag juga memiliki formula ampuh untuk mengatasi pressing tinggi Man City. Adapun formula yang dimaksud adalah konektivitas antara lini belakang dan lini tengah.
Contohnya saat Kobbie Mainoo turun jauh ke belakang untuk menjemput bola pada penghujung babak pertama. Pergerakan Mainoo memancing Oscar Bobb dan Erling Haaland sehingga tersedia ruang cukup lebar di lini tengah. Bola pun dialirkan dengan nyaman ke Mason Mount yang sudah bersiap di lapangan tengah.

Ide Ten Hag untuk mengeliminasi pressing tinggi dan skema serangan Man City tidak akan tereksekusi dengan baik jika para pemain tidak tampil kompak. Usai laga, pelatih asal Belanda ini pun cukup puas dengan penampilan yang ditunjukkan anak asuhnya.
“Awal liga adalah yang terpenting. Saya pikir kita bisa mengambil banyak hal positif dari pertandingan ini, dan itu akan memberi kita rasa percaya diri. Kami bekerja keras dan kami memiliki tim yang kompetitif. Itu adalah tanggung jawab kita semua,” tutur Ten Hag pada wawancara bersama MUTV, dikutip laman resmi klub.
“Pertama-tama, para pemain harus siap dan kemudian staf harus bekerja dengan mereka, mendukung mereka, membuat mereka bugar dan menjaga mereka tetap bugar. Ketika para pemain siap, kami memiliki tim yang sangat bagus,” sambung eks pelatih Ajax Amsterdam ini.
“Kami akan memasuki musim baru. Saya sangat senang dengan struktur baru ini. Kami bekerja sama dengan sangat baik. Tim selalu bagus, tetapi saya pikir kami dapat melangkah maju. Saya pikir dari pramusim, dan juga hari ini,” tandasnya.
Masih ada jurang pemisah
Kendati demikian, masih terdapat jurang pemisah antara dua tim kota Manchester ini. Man United memang mampu memberi perlawanan. Namun, untuk konsisten menang di sepanjang musim, tak bisa dipungkiri kualitas pemain juga menjadi faktor menentukan.
Man City mampu mengonversi sedikit peluang menjadi gol. Sementara Man United masih bermasalah dalam hal penyelesaian akhir. Banyak contoh kasus bisa ditemukan pada laga ini.
Pada menit 32, Amad Diallo mengobrak-abrik pertahanan Man City dengan pergerakannya. Pemain berusia 22 tahun ini sudah berhasil melewati garis pertahanan dan berhadapan satu lawan satu dengan kiper Man City, Ederson.
Namun, Diallo nampak ragu bisa menyelesaikan situasi dengan klinis. Alih-alih menembak, Diallo malah memberikan bola kepada Mount yang dijaga banyak pemain Man City.

Amad Diallo (atas) dan Marcus Rashford (bawah) membuang peluang emas Man United.
Marcus Rashford juga menjadi pemain Man United yang paling layak mendapat kritikan. Berkali-kali Rashford mendapat peluang terbuka, namun malah disia-siakan begitu saja.
Rashford berada di posisi tidak terkawal saat Man United melakukan switch-play kilat pada menit ke-35. Namun, tembakannya malah melebar. Pemain berusia 26 tahun ini juga mendapat peluang yang begitu terbuka di menit ke-74.
Garnacho mengakhiri proses transisi cepat dengan memberikan umpan matang kepada Rashford. Rashford tinggal berhadapan satu lawan satu dengan Ederson, namun tembakannya malah membentur tiang.
Ten Hag mengakui penyelesaian akhir masih menjadi pekerjaan rumah. Arsitek asal Belanda ini yakin Man United bisa mengamuk lagi di musim 2024-2025 andai masalah ini berhasil dibenahi.
“Tetapi saya pikir jika kami melangkah maju dan lebih klinis di kotak penalti, kami bisa menjadi tim yang sukses,” ucapnya.

Pressing kolektif Erling Haaland, James McAtee dan Oscar Bobb menekan Jonny Evans dan Lisandro Martinez. Dua bek Man United kalah jumlah kemudian panik.
Di sejumlah momen, pemain belakang Man United kerap panik ketika ditekan pemain lawan. Contohnya pada menit ke-24. Jonny Evans dan Lisandro Martinez mengalami situasi kalah jumlah lantaran dikepung Haaland, Bobb dan James McAtee.
Man United masih beruntung lantaran tembakan McAtee membentur tiang gawang. Namun, jika masalah ini tidak diselesaikan, Man United akan sering kebobolan lewat pressing tinggi.
Hingga pertandingan pun diakhiri dengan babak adu penalti. Dua pemain Man United, Jonny Evans gagal mengeksekusi, sedangkan hanya ada satu pemain di kubu Man City yang gagal menuntaskan tugas, yakni Bernardo Silva. Skor 7-6 di babak tos-tosan sudah cukup untuk membawa Manchester Biru menuntaskan dendam dan merengkuh titel kampiun Community Shield 2024.