
LUDUS – Nama Mohammad Amir Notopratomo tidak sepopuler Ir Soeratin Soesroesoegondo yang dikenal sebagai tokoh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Padahal Mohammad Amir Notopratomo merupakan tiga serangkai yang menggagas PSSI bersama Abdoelhamid dan Anwarnoto.
LUDUS.id mengangkat sosok Mohammad Amir Notopratomo atau yang biasa disebut Amirnoto bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-95 PSSI yang diperingati pada 19 April 2025. Amirnoto merupakan tokoh penggerak kelahiran federasi sepak bola di Indonesia dan orang yang memunculkan nama PSSI yang digunakan hingga sekarang.
Amirnoto, dikutip dari surat kabar Kompas edisi 3 Mei 1980, merupakan tokoh sentral PSSI di era awal. Keadaan masa lalu yang sulit mengadakan berbagai kegiatan, termasuk sepak bola jadi stimulus Amirnoto dan dua koleganya itu berontak.
Baca juga: Kemenpora Gelontorkan Anggaran Rp420 Miliar untuk 13 Cabang Olahraga, PSSI Dapat Terbesar
Keterlibatan Amir Notopratomo yang akrab disapa Amirnoto ini dalam organisasi dimulai setelah aktif di PSII dan Muhammadiyah. Bahkan, Amirnoto pernah memimpin sebuah yayasan sosial milik Muhammadiyah. Dengan pengalaman itulah pemikiran “rebel” darinya pun muncul.
Keruwetan dan susahnya sepak bola digelar pada masa lalu memang cukup membingungkan bagi Amirnoto. Padahal sepak bola merupakan olahraga dan tidak berhubungan dengan politik.

Namun, Belanda tidak pilih kasih dengan memasukkan sepak bola menjadi kegiatan yang tabu bagi kaum bumiputera. Belanda mengeluarkan larangan bagi klub-klub milik kaum bumiputera bermain di kompetisi bikinan Nerderlandsche Voetbal Bond (NIVB).
Keadaan itu jelas menekan dan menimbulkan keinginan kaum bumiputera untuk lepas dari belenggu. Keinginan untuk mendirikan perkumpulan (bond) sepak bola khusus bumiputera akhirnya terbesit.
Baca juga: Ranking Timnas Indonesia Naik ke Posisi 123, Erick Thohir: Target Tembus 100 Dunia
Tidak hanya sebagai ajang berkumpulnya klub-klub dan bond-bond berbasis bumiputera tapi juga untuk menandingi NIVB sebagai perkumpulan besar sepak bola orang-orang Belanda. Amirnoto memiliki keinginan tersebut.
Bersama kedua rekannya, Abdoelhamid dan Anwarnoto, Amirnoto banyak melakukan pertemuan. Ketiganya bersepakat mengenai niatan mendirikan bond sepak bola nasionalis.

Pertemuan-pertemuan terus diadakan oleh tiga serangkai itu. Kali ini mereka mengundang Ir. Soeratin dan Moerdianto. Nama Soeratin diundang karena dialah yang terbilang paham dengan keadaan sepak bola di luar Indonesia.
Soeratin punya pengetahuan tentang sepak bola meskipun bukan sebagai pemain. Dari aspek pengetahuan, Soeratin dianggap punya pandangan luas karena cukup lama tinggal di Eropa, khususnya Jerman.
Baca juga: Piala Asia U-17: Indonesia Lumat Yaman 4-1, Amankan Tiket Piala Dunia
Soeratin langsung mendukung gagasan tiga rekannya dan mulai melakukan pergerakan. Setelah pertemuan-pertemuan lainnya digelar, akhirnya pertemuan puncak untuk melahirkan PSSI dipentaskan.
Bond-bond yang berada di Pulau Jawa dipanggil ke Soceitet Hande Projo yang terletak di Jalan Yudonegaran, Yogyakarta. Surat kabar Bintang Mataram edisi 22-24 April 1930 mewartakan ada tujuh bond yang hadir dalam detik-detik lahirnya PSSI.
Ketujuh bond itu adalah Bandung (BIVB), Mataram (PSM), Surakarta (VVB), Jakarta (VIJ), Surabaya (SIVB), Madiun (MVB), dan Magelang (IVB). Sedangkan para utusannya adalah, Pamudji (Surabaya), Soekarno (Surakarta), Kartodarmoedji (Madiun), Samsoedin p/a RHS (Betawi), Gatot (Bandung), dan EA Mangindaan (Magelang).

Namun, Amirnoto dalam wawancara dengan Kompas tahun 1980 mengatakan, Madiun tidak turut serta dan Semarang yang hadir dalam pertemuan tersebut. Peserta lain yang juga datang ialah Jakarta (Suhardi), Bandung (Mr. Samsudin), Magelang (M. Wihardjo), Sala (Sastrosaksono), Semarang (dr. Rusli), Surabaya (R. Pamoedji), dan Yogyakarta diwakili oleh Amirnoto.
Disamping wakil-wakil tersebut, hadir pula simpatisan yang lain seperti RM Soedarjo Tjokrosisworo dan Karkono, keduanya dari Solo. Nama-nama tersebut memang sedikit berbeda dengan apa yang diwartakan Bintang Mataram. Bisa jadi karena setiap bond diwakili lebih dari satu orang.
Munculnya Nama PSSI

Pertemuan itu untuk mengukuhkan pendirian PSSI. Ternyata ada nama awal yang diusulkan selain PSSI, seperti INVB, dan PVBI. Nama PSSI diusulkan oleh Amirnoto.
Dia mengusulkan nama bond dengan bahasa Indonesia karena tidak bisa berbahasa Belanda. Meskipun pertemuan hanya berpusat di Jawa, Amirnoto tetap menggunakan nama PSSI agar bond lain di luar Jawa bisa bergabung.
Awalnya Amirnoto memberikan nama PSSI dengan singkatan Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Saat itu memang istilah sepak raga lebih populer ketimbang sepak bola.
Belum ada yang mengetahui secara pasti nama sepak raga berubah menjadi sepak bola dalam singkatan PSSI. Dalam kepengurusan awal PSSI, Amirnoto menjadi sekretaris.
Soeratin menjadi ketua, lalu dua rekannya, Abdoelhamid dan Anwarnoto menjadi wakil ketua dan bendahara. Sementara itu, jabatan lain seperti propagandis dijabat oleh RM Soedryo Tjokrosisworo.
“Zaman dulu memang lain. Semua bekerja tanpa pamrih. Kami bekerja tidak dibayar, tapi nyatanya banyak yang bergabung dengan kami.” Amirnoto, Tokoh Pendiri PSSI.
Nama Amirnoto seakan dilupakan. Tapi, memang Amirnoto tidak mau namanya diangkat. Dia dalam wawancara dengan Kompas, memang tidak mau menonjolkan dirinya.
Amirnoto bahkan menunjuk dua rekannya, Abdoelhamid dan Anwarnoto, menjadi tokoh paling berjasa karena rela mengeluarkan banyak pikiran dan biaya untuk PSSI.
“Zaman dulu memang lain. Semua bekerja tanpa pamrih. Siapa yang punya uang, tidak segan-segan memberikan biaya. Kami bekerja tidak dibayar, tapi nyatanya banyak yang bergabung dengan kami,” cerita Amirnoto.
Amirnoto mengakhiri masa aktifnya di PSSI pada 1936 setelah Kongres PSSI di Bandung. Selama enam tahun dirinya tidak lepas dari jabatan sekretaris organisasi atau sekarang yang lazim disebut sekretaris jenderal.
Cukup berbeda dengan tokoh-tokoh PSSI seperti Soeratin atau EA Mangindaan yang masih sering disebut-sebut dari generasi ke generasi. Amirnoto seperti hilang dari sejarah PSSI. Padahal Amirnoto merupakan tiga serangkai bersama Abdoelhamid dan Anwarnoto sebagai “otak” pembentukan PSSI. (*)
Laporan: Gerry Putra