Tulisan ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi ludus.id
Belakangan ini marak isu penolakan tim nasional Israel main di Piala Dunia U20 yang putaran finalnya akan digelar di Indonesia pada bulan Mei, bulan depan. Tidak hanya pemuka masyarakat, tokoh agama, pengamat bahkan sejumlah pejabat publik yang punya kedudukan cukup tinggi juga ikut menyuarakan penolakan itu
Desain Grafis: Pipis Fahrurizal/ludus.id

Tentunya penolakan atau sikap semacam itu sah sah saja dalam era demokrasi, hanya kita harus mendudukkan masalah ini secara proporsional. Menolak kehadiran timnas Israel adalah hak tentunya bagi semua warga negara Indonesia, tapi Indonesia menolak kehadiran timnas Israel tentu menjadi hal yang kontraproduktif karena sejatinya ketika kita menjadi tuan rumah bersedia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20, tentunya kita sudah harus menyadari segala konsekuensinya.
Konsekuensinya adalah semua peserta yang sudah berhasil melewati fase kualifikasi dan lolos harus kita terima kehadirannya siapa pun itu, apakah negaranya memiliki hubungan diplomatik atau tidak punya hubungan diplomatik dengan indonesia dan faktanya Israel adalah salah satu negara yang lolos mewakili konfederasi EUFA benua Eropa sebagai finalis karena dari Inggris di final.
Artinya Israel berhak main di Piala Dunia U20 karena mereka sudah berjuang melewati fase kualifikasi. Bagaimana mungkin kita bisa menolak kehadiran timnas Israel pada saat mereka sudah melewati fase kualifikasi. Maka menjadi konsekuensi kita sebagai tuan rumah menerima kehadiran Israel kalau memang kita sejak awal menolak kehadiran timnas Israel, maka seyogyanya kita sejak awal juga tidak perlu menjadi tuan rumah piala dunia ketika kita sudah bersedia menjadi tuan rumah piala dunia, maka segala konsekuensinya harus kita hadapi, Israel sebagai peserta adalah sebagai konsekuensi itu.
Sekarang kan persoalannya gini, kalau Israel sebagai peserta bagaimana kita menyikapinya? Itu kan yang paling penting. Nah menurut saya, harusnya PSSI sejak ditunjuk jadi tuan rumah piala dunia itu, gencar yang namanya melakukan sosialisasi, edukasi, diseminasi kepada publik bahwa kita akan menjadi tuan rumah piala dunia pada bulan Mei 2023, diantara yang datangnya itu salah satu kemungkinannya negara-negara yang mungkin tidak punya hubungan diplomatik dengan Indonesia. Sejak awal itu dikomunikasikan kepada publik, disosialisasikan.. Jadi hal semacam itu tampaknya tidak terjadi, tidak ada upaya untuk mengedukasi publik tentang konsekuensi sebagai tuan rumah piala dunia ini.
Baru ribut belakangan ini. sekarang, lalu dalam keadaan seperti ini apa yang harus dilakukan?
Menurut saya, yang pertama kita harus melakukan konsolidasi terutama PSSI. PSSI bersama Kemenpora dengan Kemenlu dengan instansi terkait lainnya segera konsolidasi, bagaimana menyikapinya situasi ini.
Yang kedua, menyiapkan peta posisi Indonesia, posisi Indonesia dalam kasus ini seperti apa? Apa persoalan yang kita hadapi, bagaimana menyikapi kehadiran timnas Israel, paspornya datang menggunakan paspor apa mereka? Benderanya boleh dikibarkan atau tidak? Lagu kebangsaannya boleh diperdengarkan atau tidak? Jelaskan posisi Indonesia dalam konteks ini sesudah jelas apa yang menjadi sikap Indonesia, sampaikan, komunikasikan kepada FIFA, sampaikan kepada FIFA hal-hal yang menjadi keberatan indonesia sambil berharap FIFA memahami, komunikasikan, negosiasikan, sampai terjadi titik temu.
Kehadiran atlet Israel di Indonesia sebetulnya bukan hal baru, di bulutangkis, di kejuaraan dunia juga pernah ada Israel, di balap sepeda juga sudah pernah ada atlet Israel, jadi bukan hal baru kita belajar dari sana dan itu kita komunikasikan dengan FIFA. Saya yakin akan ada titik temu jika kita bisa mengkomunikasikan dengan baik posisi Indonesia.
Nah kalau posisinya benar-benar sangat sulit dan Indonesia kemudian sampai tidak bisa melanjutkan perannya sebagai tuan rumah piala dunia, sesungguhnya siapa sih yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan.
Yang diuntungkan jelas negara-negara yang selama ini memang tidak berharap Indonesia menjadi tuan rumah piala dunia, tidak mustahil ada, dan yang dirugikan itu tidak hanya Indonesia. Jadi kalau memang benar-benar Indonesia tidak menjadi tuan rumah piala dunia itu tidak hanya Indonesia yang dirugikan, bahkan Palestina juga akan dirugikan menurut saya, akan ada sekelompok orang, sekelompok pihak, Palestina lah penyebab Indonesia tidak menjadi tuan rumah piala dunia dan jelas itu akan merugikan Palestina karena Palestina sendiri sudah menyatakan sikap bahwa mereka memahami posisi Indonesia bahwa sepak bola dan politik adalah dua hal yang berbeda bahwa dukungan masyarakat Indonesia terhadap Palestina tidak akan berubah hanya karena menjadi tuan rumah piala dunia.
Palestina saja menyadari hal itu dan yang juga tidak kalah penting menurut saya kalau kita sampai gagal menyelenggarakan piala dunia karena isu Israel ini atau mungkin karena ketidaksiapan kita dianggap oleh FIFA belum siap menjadi tuan rumah itu yang paling bahaya adalah potensi kita kehilangan kepercayaan di mata FIFA dan di mata komunitas olahraga dunia.
Kita mau jadi tuan rumah piala dunia senior, kita mau jadi tuan rumah olimpiade. Kalau menggelar Piala Dunia U20 saja kita sudah tidak bisa mengatasi persoalan Israel, bagaimana mungkin dunia akan percaya bahwa indonesia bakal bisa menggelar piala dunia senior, bagaimana mungkin dunia bisa percaya Indonesia bisa melaksanakan olimpiade tentu ini jadi kerugian untuk Indonesia.
Karena itu, mari sikapi persoalan Israel ini secara proporsional, kita dudukkan secara jernih permasalahannya, tidak perlu menggunakan emosi tapi gunakan akal sehat. Saya percaya Indonesia masih punya harapan untuk tetap menggelar Piala Dunia U20 selagi kita mampu melakukannya secara profesional, proporsional dan kita proaktif menyelesaikan persoalan ini. tetap semangat.
Indonesia, Indonesia, Indonesia!
Pemikiran Mohamad Kusnaeni, Pengamat/Komentator Sepak Bola Senior/Dewan Pengawas RRI, yang bisa ditonton di CHANNEL YOUTUBE BUNGKUS BOLA.