
Marcus Gideon (kiri) bersama dengan Kevin Sanjaya usai memenangi kejuaraan bulu tangkis.
Kabar mengejutkan datang dari Marcus Fernaldi Gideon yang memutuskan untuk pensiun dari dunia bulu tangkis profesional, tepat pada usianya ke-33 tahun. Keputusannya disampaikan langsung melalui laman Instagram pribadinya.
Marcus memulai karier bulu tangkis profesionalnya berpasangan dengan Markis Kido pada ganda putra. Sinyo, panggilan akrabnya, juga pernah bermain di sektor ganda campuran bersama Rizki Amelia Pradipta.
Ia mendapatkan pasangan emasnya pada bersama dengan Kevin Sanjaya Sukamuljo. Pasangan Marcus/Kevin menjelma menjadi pasangan emasnya dan menjuarai berbagai kejuraan hingga akhirnya mencapai peringkat satu dunia.
Prestasi terbaik Marcus bersama Kevin adalah juara All England pada 2017 dan 2018. Sayangnya, Marcus menderita cedera tulang tumit kaki pada Juni 2023 sehingga membuat kariernya menurun dengan pesat.
Cederanya membuat Marcus menepi dari arena bulu tangkis karena sebelumnya juga mengalami cedera tumit pada kaki kirinya. Dampaknya, Marcus harus rela berpisah dengan Kevin sebagai pasangannya di ganda putra.
Selesai operasi, peraih medali emas Asian Games 2018 itu tak kunjung kembali ke puncak performa sehingga ia memutuskan untuk pensiun dari arena bulu tangkis profesionalnya pada Sabtu 9 Maret 2024.

Marcus Gideon dalam sebuah pertandingan bulu tangkis.
Memulai Bulu Tangkis Sejak Kecil
Marcus memulai kariernya sejak berusia sembilan tahun bersama dengan klub Tangkas Jakarta. Selama tiga tahun, ia membela klub legendaris asal ibu kota itu.
Usia 13 tahun, Marcus pindah sekolah ke Singapura, tetapi ia tak sampai lama berada di Negeri Singa karena sakit-sakitan dan tak kerasan. Ia memilih pulang ke Indonesia dan fokus lagi dengan bulu tangkis.
Namun, kali ini Marcus tidak ikut klub dan dilatih sendiri oleh ayahnya. Meski begitu, bakat besar Marcus di bulu tangkis tetap terasah dengan baik.
Sebagai pemain mandiri dan tanpa klub, Marcus sempat meraih gelar juara Victorian a Future Series. Prestasi itulah yang membuatnya ikut seleksi masuk pelatih nasional (pelatnas) PBSI dan berhasil terpilih.
Marcus bergabung dengan pelatnas PBSI pada 2010. Ia langsung menjadi pemain ganda putra dan berpasangan dengan Agripina Prima Rahmanto Putra.
Selama tiga tahun ia berada di pelatnas PBSI sebelum keluar pada 2013, Marcus meraih beberapa gelar juara seperti juara Iran Internasional Tournament dan kejuaraan di Singapura.
Begitu keluar PBSI, Marcus mendapat tawaran berpasangan dengan Markis Kido. Salah satu gelar yang diraih Marcus bersama Markis Kido adalah juara Indonesia Open 2014.
Kesuksesan Marcus bersama dengan Kido membuat PBSI kembali memanggilnya untuk masuk ke pelatnas. Pada 2015, ia kembali ke Cipayung, Jakarta Timur dan dipasangkan dengan Kevin Sanjaya.
Kevin ternyata menjadi pasangan emasnya dan beragam pencapaian terbaik. Mereka sempat menjadi pasangan nomor satu dunia dan selalu diandalkan Indonesia di berbagai turnamen internasional.

Marcus Gideon (kanan) bersama Kevin Sanjaya dalam suatu pertandingan.
Ketika pandemi Covid-19, pasangan ini jarang tanding karena cedera. Hal inilah yang membuat ranking pasangan ini menurun tajam dan gelar terakhir yang didapat pasangan ini adalah Indonesia Open 2021.
Sedangkan, untuk ajang terakhir yang diikuti Marcus/Kevin adalah Singapore Open 2023. Setelah itu, keduanya tidak lagi tampil bersama dan Kevin sempat dipasangkan dengan Rahmat Hidayat.
Beragam prestasi sudah dicapai pasangan yang disebut sebagai The Minions. Sayangnya, mereka belum pernah mendapatkan medali emas Olimpiade, tetapi mereka sempat menjuarai turnamen legendaris All England.
Berikut pernyataan lengkap Marcus Gideon di Instagram pribadinya:
“Thank You God for these 33 years! Pada hari ini tepat di usia 33 tahun, saya memutuskan untuk berhenti dari karier profesional badminton.
Tidak terasa sudah 25th tidak henti-hentinya sy berlatih & bersaing di lapangan. Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yang sudah berkarya dalam hidup saya, tanpaNya saya mungkin tidak ada seperti sekarang ini.
Semasa saya kecil bahkan guru saya pun menganggap saya “madesu” atau masa depan suram, dianggap sebelah mata karena postur tubuh yang tidak tinggi dan bahkan prestasi saya boleh dikatakan “biasa” saja jika dibandingkan dengan kawan-kawan sy lain.

Marcus Gideon sedang beristirahat di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur.
Saya sadar saya ada sampai sekarang ini hanya karena kemurahan Tuhan saja. Saya berterima kasih kepada partner-partner saya; alm. Kido @markis_kido11, Kevin @kevin_sanjaya, dll.
Terima kasih untuk keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan saya. Terima kasih untuk YONEX @yonex_badminton @yonex_sunrise_indonesia ,PBSI @badminton.ina dan para pelatih.
Dalam hidup ini tidak ada yang saya sesali, apa yang sudah saya raih sekarang ini bahkan sudah melebihi apa yang pernah saya impikan.
Saya dulu pernah berkata kepada istri saya saat kami masih pacaran “Saya ingin jadi nomor 1 dunia” karena pada saat itu tampaknya menjadi ranking 1 adalah sesuatu yang sulit sekali untuk digapai, tapi Tuhan memberikan bahkan lebih dari yang saya bayangkan.
Oleh sebab itu saya menutup karier saya dalam dunia badminton dengan hati yang puas dan rasa bersyukur. Tidak lupa saya juga berterima kasih untuk para suporter yang telah mendukung saya selama ini. God bless 🙂“