
Timnas Indonesia U23 sedang menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum pertandingan di Piala Asia U23 2024.
Pupus sudah harapan cabang olahraga sepak bola mengikuti Olimpiade 2024 Paris. Namun, di balik kegagalan itu, timnas menemukan generasi emasnya. Setidaknya untuk beberapa tahun ke depan.
Timnas Indonesia U-23 memang dirancang bukan untuk melaju ke Olimpiade 2024 Paris. Target mereka adalah 8 besar Piala Asia U23 2024. Target yang realistis mengingat Indonesia adalah debutan.
Tidak heran sejak awal turnamen, banyak suara sumbang dari kritikus terkait pencapaian timnas U-23 di Piala Asia U-23. Banyak yang pesimistis, tetapi ada pula yang optimistis.
Pelatih Shin Tae-yong cukup beruntung memiliki skuad muda, mulai dari pemain lokal hingga diaspora. Tidak hanya itu, mereka juga cukup berpengalaman karena sebagian besar masuk dalam skuad Piala Asia 2024.
Level permainan timnas pun naik drastis di kaki Marselino Ferdinand, Ernando Ari, Ivar Jenner, Witan Sulaeman, Rafael Struick, ataupun Nathan Tjoe-A-On. Generasi emas sudah ditemukan, tetapi belum cukup kuat untuk ke Olimpiade.
Kilas balik Indonesia di Olimpiade
Jika dirunut, Indonesia tidak setiap tahun menemukan peluang lolos ke kejuaraan dunia seperti Piala Dunia ataupun Olimpiade. Pasukan Merah Putih terakhir kali mengikuti Olimpiade pada 1956 di Melbourne, Australia.
Kala itu, Indonesia pada kualifikasi bertemu dengan China Taipei. Namun, negera tersebut menolak bertanding dengan menggunakan lambang FIFA. Indonesia pun menang walk out dan meraih tiket ke Olimpiade.
Saat itu, Olimpiade masih menggunakan sistem gugur dan diikuti 16 negara. Indonesia seharusnya berhadapan dengan Vietnam Selatan, tetapi negara itu mengundurkan diri dan lagi-lagi Indonesia mendapat ‘jatah’ langsung ke perempat final.
Pada babak delapan besar, Tan Liong Houw cs berhadapan dengan raksasa dunia, Uni Soviet. Awalnya, Indonesia bisa mengimbangi Uni Soviet dengan skor 0-0, namun dalam pertandingan ulang, Indonesia kalah 0-4 dan tersingkir.
Menahan imbang Uni Soviet di Olimpiade merupakan salah satu pencapaian terbaik Indonesia saat ini. Generasi emas Garuda ketika itu benar-benar menunjukkan kualitas sebagai debutan di cabang olahraga sepak bola.
Selanjutnya, Indonesia hampir kembali berlaga di Olimpiade. Kali ini, harapan publik sepak bola Indonesia melihat Garuda berlaga di Olimpiade, dibebankan kepada Anjas Asmara dkk.
Pada era 1970-an, publik sepak bola Indonesia dimanjakan dengan permainan elegan dan modern di bawah asuhan Wiel Coerver, pelatih yang membawa raksasa Belanda, Feyenord, meraih gelar juara Piala UEFA 1974.
Indonesia harus menghadapi adangan dari Papua Nugini, Singapura, Malaysia, dan Korea Utara untuk bisa mendapatkan tiket ke Olimpiade Montreal 1976.
Pemusatan latihan jangka panjang digelar dan uji coba menterang melawan Manchester United serta Ajax Amsterdam pun dijalani. Hal ini tak lain dan tak bukan untuk mewujudkan target lolos ke Olimpiade.
Sayangnya, pada laga penentuan lolos Olimpiade 1976, anak asuh Wiel Coerver tersebut kalah dalam drama adu penalti melawan Korea Utara di bawah tatapan 12 ribu suporter Indonesia di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.
Kini setelah hampir 50 tahun, Indonesia kembali berpeluang lolos ke Olimpiade. Langkah meyakinkan di Piala Asia U-23 jadi patokan karena anak asuh Shin Tae-yong berhasil mengalahkan dua negara langganan Olimpiade, yakni Australia dan Korea Selatan.
Namun, suratan takdir mengharuskan Indonesia menghadapi Guinea dalam laga playoff Olimpiade 2024 Paris, usai kalah dari Uzbekistan di semifinal dan Irak dalam perebutan tempat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Marselino Ferdinan melakukan selebrasi usai membobol gawang Yordania U23.
Melawan Guinea, kaki-kaki pemain Indonesia terasa berat. Mereka harus berhadapan dengan Guinea yang merupakan tim peringkat keempat Piala Afrika U-23 tahun lalu.
Tidak mudah, namun Indonesia memberikan perlawanan terakhir yang cukup ketat. Mereka mampu membuat Guinea lolos ke Paris 2024 dengan bermodalkan penalti yang cukup kontroversial.
Satu kesalahan dari Witan Sulaeman membuat Indonesia mendapatkan hukuman penalti. Namun, perdebatan terjadi karena pemain Gunea terlihat jatuh sendiri dan terjadi di luar kotak penalti.
Abesennya para pilar di lini pertahanan, yaitu Rizky Ridho dan Justin Hubner betul-betul terasa. Dan harus diakui, permainan pasukan STY juga tidak seindah ketika tampil di Piala Asia U-23 2024.
Bidik Olimpiade 2028
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir pun menargetkan Olimpiade 2028 Los Angeles sebagai target selanjutnya.
“Kita memang belum berhasil kali ini. Namun, perjalanan panjang dan pencapaian tim sejak Piala Asia dan playoff menunjukkan kualitas sepak bola untuk tampil di Olimpiade. Saya salut dan kita targetkan Olimpiade berikutnya,” ujar Erick.

Timnas Indonesia U23 sebelum pertandingan lawan Australia di Piala Asia U23 2024.
Lepas dari itu, permainan skuad Indonesia U-23 di sepanjang Piala Asia U-23 2024 dan babak playoff telah memikat hati para penikmat sepak bola Indonesia. Generasi emas sudah ditemukan dan diharapkan menjadi penerus keberlangsungan prestasi sepak bola Indonesia di masa mendatang.
Pencapaian hari ini juga harus menjadi motivasi PSSI agar dapat terus meningkatkan kualitas kompetisi, disertai pembinaan yang terarah sejak usia dini. Harapannya jelas: konsistensi prestasi.