“Alhamdulillah telah terjadi kesepakatan antara Komjen Pol (Purn) Oegroseno dan Peter Layardi Lay untuk menyerahkan sepenuhnya ke Menpora untuk penyelesaian permasalahan dan persatuan tenis meja”

Menpora Dito Ariotedjo pada saat serah terima jabatan (Foto: Wahyu Purwadi/ludus.id)
Kabar baik untuk dunia tenis meja Indonesia. Datangnya dari Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Dito Ariotedjo. Akhirnya, Dito berhasil mempertemukan dan menghasilkan kesepakatan dengan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) Peter Layardi Lay dan Ketua Umum Pengurus Pusat PTMSI Komjen Pol (Purn) Oegroseno di Kediaman Menpora, Jalan Widya Chandra, Jakarta, Rabu (19/4/23) siang.
Konflik kepengurusan ganda dari cabang olahraga (cabor) tenis meja memang sudah berangsur cukup lama, sejak tahun 2011. Saat itu, ada dua organisasi yang mengatasnamakan dirinya sebagai induk dari cabang olahraga tenis meja, yaitu Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) yang diketua oleh Marzuki Alie dan juga Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI) yang dipimpin Oegroseno.
Akibatnya, asosiasi tenis meja menjadi dua komite terpisah. Masing-masing panitia menyatakan memiliki legitimasi legal/formal dari badan-badan penyelenggara olahraga di Indonesia. Satu komite diakui oleh Komite Olimpiade Indonesia, sementara satu komite lainnya diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia.
Dan, hari ini, bentuk langkah kongkret dilakukan Menpora untuk menyelesaikan masalah kepengurusan ganda tersebut. Dalam pertemuan itu, Menpora Dito menyampaikan bahwa, telah hadir kesepakatan di antara kedua ketua umum untuk menyerahkan masalah yang selama ini terjadi pada cabang olahraga tenis meja kepada Menpora.
“Akhirnya setalah 10 Tahun lebih Organisasi Tenis meja bersengketa bisa menemukan solusi. Bahwa kedua pihak telah sepakat untuk di tengahi oleh Kemenpora dalam menyelesaikan konflik lebih dari 10 tahun di PTMSI”

Foto: Kemenpora RI
Menpora Dito menegaskan untuk normalisasi kepengurusan cabor tenis meja, akan dipimpin langsung oleh dirinya. “Sekarang saya akan memimpin langsung normalisasi kepengurusan PTMSI dengan cara yang sesuai peraturan berlaku dan terus berkordinasi dengan kedua belah pihak. Saya ucapkan terima kasih untuk Pak Oegroseno dan Pak Peter Layardi yang sangat serius memikirkan masa depan olahraga tenis meja di Indonesia,” tambah Menpora Dito.

Petenis meja Indonesia Rina Sintya ketika tampil di Asian Games 2018 (Foto: DOK. INASGOC/Asian Games 2018)
Akibat kepengurusan ganda yang terjadi ini, tenis meja tak termasuk dalam daftar cabor yang akan diberangkatkan ke SEA Games @023 Kamboja. Pada dua SEA Games sebelumnya, di Filipina 2019 dan Vietan 2021, tenis meja pun tak dikutsertakan berlaga di pesta akbar olahraga bangsa-bangsa Asia Tenggara.
Sedangkan untuk SEA Games 2015 Singapura, tim tenis meja Indonesia diwakili oleh kubu Marzuki Alie. Alasannya, pada saat dilakukan seleksi oleh Satuan Pelaksana Prrogram Indonesia Emas (Satlak Prima) guna menentukan siapa saja atlet yang berhak mewakili Indonesia, kubu Oegroseno tidak hadir. Dan di 2017, giliran kubu Oegroseno dari PP PTMSI yang dipilih Satlak Prima untuk menjadi wakil Indonesia pada ajang SEA Games Kuala Lumpur, Malaysia.
LAPORAN: Kurniawan Fadilah