Pelari Ethiopia Assefa Juara London Marathon, Pecahkan Rekor Dunia Wanita dan Raih Hadiah Rp5,1 Miliar

Pelari Ethiopia Tigst Assefa memenangkan London Marathon ke-45 dan memecahkan rekor dunia khusus wanita. (Foto/RNZ)

LUDUS – Pelari Ethiopia Tigst Assefa memenangkan London Marathon ke-45 dan memecahkan rekor dunia khusus wanita. Assefa, peraih medali perak Olimpiade Paris, unggul atas Joyciline Jepkosgei dari Kenya.

Atlet berusia 28 tahun ini melewati garis finis dalam waktu 2 jam, 15 menit, dan 50 detik, memecahkan rekor khusus wanita yaitu 2 jam 16 menit 16 detik yang dibuat tahun lalu di London oleh Peres Jepchirchir dari Kenya.

Assefa mengatakan terik matahari London dengan suhu mendekati 20 derajat Celsius di akhir perlombaan membantunya memenangkan lomba ini. “Tahun ini, cuaca sangat cocok untuk saya, dan itulah mengapa saya sangat senang dengan jalannya lomba,” katanya dikutip dari laman RNZ, Selasa (29/4/2025).

Baca juga: Agus Prayogo Mau Tutup Karier dengan Prestasi di SEA Games 2025

Assefa yang menempati posisi kedua pada perlombaan London Marathon 2024 mengaku senang akhirnya bisa menjadi juara tahun ini. “Saya berada di urutan kedua di sini tahun lalu, dan menang di sini tahun ini sangat Istimewa,” ucapnya.

Assefa memenangkan total hadiah USD305.000 atau sekitar Rp5,1 miliar. Hadiah itu terbagi dari USD55.000 untuk juara pertama, USD100.000 untuk sub-2:16:00, dan USD150.000 untuk rekor dunia wanita.

Pelari Ethiopia Tigst Assefa memenangkan London Marathon ke-45 dan memecahkan rekor dunia khusus wanita. (Foto/RNZ)

London Marathon 2025: Tigst Assefa Memenangkan Perang Atrisi, Bertahan untuk Memecahkan Rekor Dunia Khusus Wanita dalam Waktu 2:15:50, Memenangkan $305.000 atau Rp5,1 Miliar

Pelari Kenya Jepkosgei berada di posisi ke-2 dalam waktu 2:18:44. Kemudian Sifan Hassan dari Belanda di posisi ke-3 membukukan catatan waktu 2:19:00.

Baca juga: Obituari : Kelvin Kiptum, Teruslah Berlari Sampai ke Surga

Saat lomba, Assefa masih menghadapi persaingan ketat dari juara Olimpiade saat ini Sifan Hassan dan mantan pemegang rekor dunia half-marathon Joyciline Jepkosgei. Ketiganya melewati turunan pertama sejauh 5 km dalam waktu 15:34 dengan kecepatan yang agresif.

Mereka tetap bersama hingga 10 km dalam waktu 31:16 dan 15 km dalam waktu 47:11. Saat babak kedua, Jepkosgei memimpin sebagian besar lomba dengan Assefa yang berlari tepat di belakangnya.

Hassan semakin tertinggal di setiap segmen 5 kilometer, dan tertinggal 1:10 di 30-K dan 2:03 di 35-K. Dia berlari sendirian sepanjang babak kedua dan finis ketiga dengan waktu 2:19:00.

“Saya berada di urutan kedua di sini tahun lalu, dan menang di sini tahun ini sangat Istimewa.” Tigs Assefa, Pelari Maraton Ethiopia.

Pada 25-K hingga 35-K, Assefa dan Jepkosgei berlari bersama dalam waktu 1:52:12. Keduanya tampak menyatu hingga Assefa tertinggal 5:03 di mil ke-24 (sekitar 37 hingga 38,7 km), dan membuka lomba.

Namu, dia bertekad untuk tidak finis kedua seperti tahun lalu. Assefa menyeruput minumannya di 40-K, kemudian larinya tidak dapat diatasi dan menyelesaikan perlombaan terdepan.

“Tahun lalu, saya memang mengalami sedikit masalah dengan cuaca dingin. Paha belakang saya menegang menjelang akhir lomba,” ungkap Assefa.

Pelari Indonesia Cetak Sejarah di Boston Marathon 2025

Reza Aulia, pelari nasional dan atlet Puma Indonesia, menorehkan sejarah di ajang Boston Marathon 2025. (Foto/Ist)

Reza Aulia, pelari nasional yang juga merupakan atlet resmi Puma Indonesia, menorehkan sejarah di ajang Boston Marathon 2025. Dia menjadi pelari Indonesia tercepat No.1 yang menyelesaikan lintasan maraton legendaris tersebut dalam 5 tahun terakhir, dengan catatan waktu 2:37:09.

Reza tidak hanya mencetak rekor pribadi (personal best), tapi juga membuktikan bahwa pelari Indonesia mampu bersaing di level dunia. Perjalanan Reza menuju Boston bukanlah jalan mulus.

Dia terpilih melalui program eksklusif Puma’s Project 3, sebuah inisiatif global dari Puma yang dirancang untuk memberikan pengalaman kelas dunia kepada pelari sub-elit. Program ini membuka 100 slot masing-masing untuk Boston dan London Marathon 2025.

Baca juga: Inspirasi Olahraga Rutin ala Dian Sastrowardoyo

Program ini memberikan akses ke pelatihan elite, perlengkapan lari paling mutakhir, hingga kesempatan memenangkan hadiah besar. Sebuah program yang bukan hanya menguntungkan para pelari, tapi juga memperkuat koneksi antara Puma dan komunitas lari global.

“Bisa berlari dan finish di Boston Marathon adalah pengalaman yang luar biasa. Ini mimpi yang saya bawa sejak lama, dan jujur, saya nggak pernah membayangkan akan sampai sejauh ini,” ungkap Reza penuh haru.

Para peserta Boston Marathon 2025. (Foto/Bostonglobe)

Di Boston Maathon 2025, Reza berlari mengenakan Puma Deviate Nitro Elite 3, sepatu andalan yang dirancang untuk kecepatan di maraton. Dia juga berkesempatan mencoba Puma Nitro Fast-R 3, yang menggunakan teknologi terbaru.

Selain itu, Reza juga mendapatkan pengalaman eksklusif di Puma High Point dan Puma Nitro Lab Boston untuk merasakan langsung inovasi mutakhir dari brand asal Jerman tersebut.

Baca juga: Senyum Ayu Puspa Ala Aktor Korea Viral, Ini Penjelasan Ilmiah Tersenyum Bikin Seseorang Jadi Lebih Menarik

Selama lomba, Reza sempat menghadapi momen kritis saat mengalami kram di kedua kaki, terutama di kilometer 34 tepat di area Heartbreak Hill, tanjakan ikonik di lintasan Boston. Namun dia tetap bertahan dan mencapai garis akhir.

“Saya sempat kehilangan harapan karena kram datang bergantian di kedua kaki saat menghadapi lintasan Heartbreak Hill. Namun, atmosfer race, dukungan penonton, keluarga, dan mental yang terjaga membuat saya terus melangkah,” ucapnya.

“Saya menangis di garis akhir, antara bangga, terharu dan kecewa, karena belum mencapai target utama, tapi tetap berhasil mencetak waktu terbaik saya,” tambahnya. (*)


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.