
Randal Kolo Muani, Jules Kounde dan Theo Hernandez merayakan gol ke gawang Belgia, Senin (1/7).
Dewi Fortuna selalu menyertai Prancis di ajang Euro 2024. Bagaimana tidak? Les Bleus belum pernah sekalipun mencetak gol via permainan terbuka. Senin (7/2) malam WIB, giliran Belgia yang menyaksikan Prancis bercumbu dengan dewi fortuna. Kebetulan, laga ini dimainkan di Dusseldorf Arena, markas klub Bundesliga 2, Fortuna Dusseldorf.
Permainan Prancis sama sekali tidak brilian. Kala menghadapi Belgia di babak 16 besar Euro 2024, Prancis mencatat 19 tembakan, namun hanya dua yang tepat sasaran.
Prancis seolah tidak tahu mau diapakan bola yang mereka kuasai. Sepanjang babak pertama, Prancis mendominasi 62 persen penguasaan bola. Akan tetapi, Prancis terus merayu sang Dewi dengan tembakan-tembakan spekulatif.
Terus dirayu, Dewi Fortuna pun luluh untuk kesekian kalinya. Bola tembakan Randal Kolo Muani mengenai kaki Jan Vertonghen pada menit ke-85. Penjaga gawang Belgia, Koen Casteels salah membaca arah bola akibat defleksi tersebut.
Bukan kali pertama Prancis bercumbu dengan Dewi Fortuna di Euro 2024. Di laga perdana Grup D, Prancis mendulang tiga poin atas Austria berkat gol bunuh diri Maximilian Wober.
Saat menghadapi Belanda, Prancis gagal merayu sang Dewi meski melepaskan 15 tembakan. Namun, setidaknya kans mereka untuk lolos ke babak gugur menjadi amat terbuka berkat koleksi empat poin.
Pada laga terakhir penyisihan grup, Dewi Fortuna kembali ke dekapan Les Bleus saat bersua Polandia. Ousmane Dembele dijatuhkan Jakub Kiwior di kotak terlarang. Kylian Mbappe menuntaskan eksekusi penalti pada menit ke-56.
Robert Lewandowski sempat menyamakan kedudukan lewat penalti balasan pada menit ke-79. Namun, satu poin tambahan sudah cukup untuk membawa Prancis ke fase gugur sebagai runner-up grup.
Dengan begini, praktis tidak ada pemain Prancis lain yang mencetak gol selain Mbappe. Sudah tentu fans sepak bola ogah memfavoritkan Prancis di Euro edisi kali ini.
Penikmat sepak bola dibuat kecewa dengan permainan membosankan Prancis, namun sang arsitek, Didier Deschamps justru gembira. Pada konferensi pers usai laga, dua kali Deschamps mengucapkan kata ‘cantik’, seolah memuji keanggunan Dewi Fortuna.
“Cantiknya! Kami menjalani pertandingan besar, hampir saja. Kami memiliki lebih banyak penguasaan bola dan peluang. Kolo (Muani) adalah Kolo!” ucap Deschamps dilansir RMC Sports.
“Cantiknya! Kami memiliki banyak situasi yang tidak kami rencanakan. Kami melakukan banyak hal baik. Anda harus menikmatinya, bukan meremehkannya. Mereka (Belgia) pulang, ini kebiasaan yang baik,” tandasnya.
Rayuan Gombal Deschamps
Tak lengkap rasanya jika tak membedah cara Deschamps membuat hati sang Dewi luluh. Pelatih berusia 55 tahun ini menerapkan formasi 4-3-3. Namun demikian, pola tim besutannya kerap berubah-ubah.
Ide Deschamps adalah mengisolasi aliran bola Belgia dengan menempatkan sebanyak mungkin pemain di area lawan. Pola Prancis ketika tidak menguasai bola pun nampak berubah-ubah, dari mulai 4-1-4-1, 4-1-3-2 hingga 4-2-4.

Pola 4-2-4 Prancis ketika tidak memegang bola (atas) dan pola 4-1-4-1 Prancis kala tidak menguasai bola (bawah).
N’Golo Kante dan Adrien Rabiot bergantian naik menekan. Jules Kounde juga acapkali naik membantu pressing ke area Belgia. Kounde leluasa naik lantaran Aurelien Tchouameni disiplin turun menjaga ruang di area pertahanan.
Tchouameni kerap turun sejajar dengan Theo Hernandez, William Saliba dan Dayot Upamecano. Dengan turunnya Tchouameni, pertahanan Prancis tetap berformat empat bek.
Sialnya, Belgia tidak memiliki cara untuk mengatasi pressing tinggi Prancis. Alhasil, tim asuhan Domenico Tedesco hanya bisa mengirim umpan panjang ke Romelu Lukaku. Sayangnya, Saliba dan Upamecano selalu sigap menutup ruang pergerakan Lukaku.
Dengan cara ini, Prancis berhasil mengklaim dominasi permainan. Namun hanya sebatas itu aspek yang bisa dibanggakan dari Prancis. Antoine Griezmann dan kolega selalu kebingungan membongkar rapatnya pertahanan Belgia. Alhasil, hanya tembakan-tembakan spekulatif yang bisa diperagakan, itupun tidak akurat.
Belgia sejatinya menemukan cara menggedor Prancis lewat pergerakan ciamik Orel Mangala di menit ke-69. Namun kiper Prancis, Mike Maignan cekatan menggantisipasi tembakan Lukaku.
Memasuki menit ke-82, giliran Jeremy Doku yang melihat pergerakan tanpa bola Kevin De Bruyne. Kedua pemain ini nampak sudah saling memahami satu sama lain, sebab mereka bermain bersama di Manchester City. Namun sayang Maignan lagi-lagi berhasil mengatasi tembakan De Bruyne.
Usai tertinggal, Tedesco memutar otak dengan memasukkan Charles De Ketelaere dan Dodi Lukebakio di menit ke-88. Formasi Belgia nampak berubah menjadi 3-4-3 di penghujung laga. Namun sudah terlambat, skor 1-0 untuk Prancis bertahan hingga peluit panjang.

Kevin De Bruyne tertunduk usai serangan Belgia terus dimentahkan kiper Prancis, Mike Maignan.
Siapkan Kacang dan Kopi untuk Perempat Final
Pencinta sepak bola harus menyiapkan kacang dan kopi jika tidak ingin ketiduran pada babak perempat final nanti. Sebab, Prancis akan berjumpa Portugal, sebuah tim yang sama-sama membosankan. Terlebih laga ini akan dimainkan pada pukul 02.00 dini hari WIB.
Jika Prancis mengharapkan keberuntungan lewat tembakan spekulasi, Portugal memiliki cara mereka sendiri untuk mendulang hoki. Tim asuhan Roberto Martinez mengharapkan magis Cristiano Ronaldo lewat umpan-umpan silang.
Ya, Portugal masih lekat dengan label Ronaldo-sentris meski sang megabintang sudah berusia hampir kepala empat. Saat bermain imbang tanpa gol selama 120 menit dengan Slovenia saja, Portugal melepaskan 38 umpan silang.

Portugal terlalu mengandalkan Cristiano Ronaldo. Namun sang penjaga gawang, Diogo Costa menjadi ancaman serius bagi Prancis jika laga perempat final berlanjut ke adu penalti.
Setelah memastikan diri ke babak delapan besar, Portugal menjadi kontestan Euro 2024 dengan jumlah umpan silang terbanyak. Total Bruno Fernandes dan kolega melepaskan 123 umpan silang sepanjang turnamen.
Sayangnya, Dewi Fortuna masih belum membuka hatinya untuk Portugal. Akurasi umpan silang Portugal jauh dari kata impresif. Portugal merupakan tim dengan akurasi umpan silang terburuk kedua dari semua kontestan 16 besar yang telah bermain.
Akurasi umpan silang Portugal berada di angka 22 persen, hanya lebih baik ketimbang Swiss yang berada di angka 10 persen. Namun patut diingat bahwa Swiss hanya melepaskan 46 umpan silang sepanjang turnamen.
Selecao Das Quinas melenggang ke delapan besar berkat aksi sang penjaga gawang, Diogo Costa. Bak pahlawan super, kiper FC Porto ini menahan seluruh eksekusi penalti Slovenia. Portugal pun memenangi babak adu tos-tosan dengan skor mencolok, 3-0.
Maka dari itu, Deschamps wajib berbenah. Sebab akan sangat berbahaya bagi Prancis apabila laga delapan besar nanti berujung skor imbang hingga akhir perpanjangan waktu. Duel Prancis kontra Portugal akan digelar Volparkstadion, Hamburg pada Sabtu (6/7) dini hari WIB.