Romantisme Pendekar Wushu Linswell Kwok dan Achmad Hulaefi 

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pasangan mantan atlet wushu Indonesia Lindswell Kwok (kiri) dan Achmad Hulaefi.

Kita sering mendengar pepatah Jawa yang mengatakan : Witing tresno jalaran seko kulino. Yang artinya kurang lebih cinta tumbuh karena terbiasa bertemu. Dari seringnya bertemu, berinteraksi, bahkan berbagi cerita dan informasi, biasanya ada proses simpati dan empati karena mungkin ada timbul rasa yang sehati yang disebabkan kebersamaan separuh waktunya yang dihabisi dalam aktivitas hari demi hari.

Maka jadilah seseorang yang berada dalam situasi yang demikian itu, biasanya timbul kecocokan dan rasa saling ingin selalu bertemu. Jika rindu selalu menggebu, itu tandanya  cinta sedang tumbuh karena ia selalu dipupuk dan disirami kalbu yang selalu berharap kehadirannya mengisi hari demi hari karena sebab waktu yang berlalu tiada henti.

Itulah yang terjadi dengan pasangan atlet wushu legendaris penuh prestasi. Lindswell Kwok dan Achmad Hulaefi (Ulay). Menilik prestasi keduanya, masyarakat Indonesia sudah tidak bisa sangsikan lagi. Nama keduanya harum  untuk bangsa Indonesia karena kontribusinya dari prestasi olahraga asal negeri Tiongkok yang digelutinya itu.

Jika di bulutangkis ada Susi Susanti dan Alan Budikusuma sebagai pengantin Olimpiade, maka di wushu ada Lindswell dan Ulay sebagai pasangan hidup penuh inspirasi. Betapa tidak, perjalanan karier dan perilaku mereka sebagai atlet, serta hubungan baiknya dengan sesama atlet serta pengurus, hingga kehidupan rumah tangganya saat ini,  layak menjadi contoh dan tauladan yang mengilhami banyak orang untuk bisa mengambil pelajaran penting tentang makna hidup dan tantangan menjalani kehidupan.

Prestasi

Menarik untuk mengulas kisah kehidupaan mereka berdua, berikut adalah sekilas siapa Lindswell dan Ulay.

Lindswell Kwok adalah mantan atlet Wushu,  yang lahir di Binjai, Sumatra Utara 24 September 1991. Lindswell tercatat atlet penuh prestasi saat mewakili Sumatera Utara dan Indonesia di berbagai kejuaraan nasional maupun internasional.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Mantan atlet wushu Indonesia Lindswell Kwok.

Pada ajang nasional, Lindswell meraih medali perak mewakili Sumatera Utara pada PON XVII di Kalimantan Timur, 2008. Di tingkat Kejurnas Junior, Lindswell meraih medali perak pada tahun 2005 dan memperbaiki prestasinya dengan meraih medali emas pada event yang sama pada tahun berikutnya.

Pada bulan Agustus pada tahun 2006, Lindswell mewakili Indonesia di ajang World Junior Wushu Championships I [WJWC], sebuah kompetisi wushu internasional di level junior [15 – under 18]. Kompetisi yang diadakan oleh International Wushu Federation [IWUF] dan diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia tersebut, Lindswell berhasil meraih medali perunggu.

Dua tahun berikutnya, 2008, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah World Junior Wushu Championships II [WJWC] yang diselenggarakan di Bali. Lindswell kala itu berhasil meraih medali emas. Pada tahun 2009, Lindswell juga kembali mewakili Indonesia di ajang World Wushu Championships (WWC) di Ontario, Kanada. Lindswell meraih medali emas satu-satunya bagi Indonesia.

Di nomor Taijiquan, Lindswell meraih medali emas dengan mengalahkan Ai Miyoka (Jepang) yang meraih medali perak dan Wen Chingni (Taiwan) yang meraih medali perunggu. Sementara di nomor Taijijian, giliran Wen Chingni meraih medali emas. Ng Shin Yi (Malaysia) menduduki tempat kedua dan meraih medali perak. Lindswell di nomor ini meraih posisi ketiga, meraih medali perunggu.

Atas pencapaian Lindswell tersebut, tim Indonesia meraih posisi kesembilan dengan satu medali emas, satu medali perak dan lima medali perunggu. Lindswell memberikan kontribusi satu medali emas dan satu medali perunggu.

Di ajang regional, SEA Games Laos 2009, Lindswell hanya meraih medali perak di nomor Taijiquan saat kalah poin dari atlet Malaysia, Chai Fongying. Di ajang Asian Games 2010 China, Lindswell gagal meraih target medali emas. Lindswell termasuk saah satu dari program atlet muda berprestasi.

Prestasi lainnya dari Lindswell yang tidak kalah moncer adalah medali perak kejurnas Jakarta 2005, medali perunggu kejurnas Medan tahun 2006, medali perunggu kejuaraan dunia Junior tahun 2006, medali emas, Kejurnas Surabaya tahun 2007, dan terakhir sebelum menyatakan diri pensiun dan menikah dengan Achmad Hulaefi, Lindswell meraih Emas Asian Games 2018.

Yang paling fenomenal tentu saja prestasinya di level dunia. Pada tahun 2009, Lindswell meraih medali emas Taolu Taijiquan, medali Perak Taolu Taijijian di tahun 2011, medali Perak Taolu Taijiquan dan medali Perunggu Taolu Taijijian. Di tahun 2015 meraih medali emas di nomor Taolu Taijiquan dan medali emas di nomor Taolu Taijijian.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Mantan atlet wushu Indonesia Achmad Hulaefi.

Sementara sang suami, Achmad Hulaefi (biasa disapa Ulay) juga tak kalah cemerlang prestasinya. Achmad Hulaefi adalah  atlet wushu yang lahir 14 Oktober 1989.  Ia lahir dari keluarga Wushu dan merupakan salah satu atlet terbaik Wushu Indonesia.

Lahir di keluarga sederhana, Achmad Hulaefi merupakan putra sulung dari 5 bersaudara. Pria yang bekerja sebagai PNS di Dinas Pemuda dan Olahraga Jakarta Selatan ini telah mengangkat keluarga dengan prestasi cemerlang di cabang olahraga wushu.

Meskipun sibuk berlatih sebagai atlet wushu, Achmad Hulaefi  tetap profesional menjalankan profesinya sebagai ASN, walaupun sebenarnya sebagai seorang atlet nasional  mendapat dispensasi soal absensi. Ia  tetap melaksanakan kewajibannya menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya dan tetap setiap hari masuk kantor.

Kemudahan itu membuat tekad Ulay makin kuat untuk terus memberikan prestasi terbaik untuk Indonesia sekaligus memuliakan keluarganya. Apalagi ayahnya ‘hanya’ wiraswastawan kecil yang harus menghidupi 6 anggota keluarga. Itulah yang mendorong Ulay ingin membaktikan diri pada keluarga, lebih-lebih sebagai anak sulung.

Semua itulah yang membuat energi dan waktu Ulay habis hingga tak terpikir memiliki kekasih sebelum akhirnya hatinya tertambat oleh gadis cantik asal Binjai itu, yang kerap bersama menjadi “penerjemah pribadi bahasa mandarinnya” ketika mengikuti event-evet kejuaraan di China dan terutama ketika TC Pelatnas jangka Panjang dilaksanakan di negeri tirai mambu tersebut.

Soal Prestasi, Achmad Hulaefi juga tak kalah moncer. Ia menjadi andalan timnas Wushu Indonesia sejak Sea Games 2005. Beberapa prestasinya antara lain medali perak nomor daoshu putra Kejuaraan Asia Singapura 2005, medali perak nomor gunshu putra Kejuaraan Asia Singapura 2005, medali perunggu nomor daoshu putra Kejuaraan Dunia Yunior Malaysia 2006, medali perunggu nomor gunshu putra Kejuaraan Dunia Yunior Malaysia 2006, medali perunggu nomor chanquan putra Kejuaraan Dunia Yunior malaysia 2006, medali emas nomor gunshu putra Kejuaraan Internasional Hong Kong 2010, medali emas nomor daoshu putra Kejuaraan Internasional Hong Kong 2010, medali emas nomor chanquan putra Kejuaraan Internasional Hong Kong 2010, medali emas nomor daoshu putra Kejuaraan Internasional Beijing 2010, medali emas nomor chanquan putra Kejuaraan Internasional Beijing 2010, medali emas nomor gunshu putra Kejuaraan Internasional Beijing 2010, medali emas nomor daoshu & gunshu putra SEA Games Palembang 2011, medali emas nomor gunshu putra SEA Games Myanmar 2013, medali emas nomor daoshu putra SEA Games Myanmar 2013, medali perak nomor chanquan putra SEA Games Myanmar 2013 dan terakhir medali perunggu Asian Games Jakarta 2018.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pasangan mantan atlet wushu Indonesia Lindswell Kwok (kanan) dan Achmad Hulaefi.

Lindswell dan Ulay menyebut jodohnya mereka karena dipertemukan Tuhan. Kebahagiaan karena merasa Tuhan yang menjodohkan inilah yang paling diimpikan oleh pasangan hidup.  Berteman sejak lama, bahkan berteman sejak kecil, sejak sama-sama menjadi atlet pemula.  Maka teman yang tumbuh bersama-sama itu, dan menjalani proses pendewasaan diri bersama-sama itu, kelak menjadi pasangan hidupnya nanti.

Itulah Lindswell dan Ulay. Tak ada yang menyangka keduanya akan menikah setelah Asian Games, di Jakarta 2018 lalu itu usai. Ternyata mereka berdua sudah merencanakan itu semua jauh hari, bahkan sebelum orang-orang memikirkan apakah hubungan keduanya masih bisa berlanjut atau tidak.

Keduanya memahami betul bahwa tantangan, dan hambatan begitu besar dalam upaya Mereka menjalin hubungan yang serius. Termasuk masalah keyakinan dan restu orang tua.

Namun, tantangan inilah  yang membuat keduanya semakin dekat dan meyakini akan jodohnya.  Akhirnya di tengah pro kontra yang menyertai hubungan ‘sahabat dekat’ ini, mereka akhirnya memutuskan untuk mantap melanjutkan ke tingkat yang lebih serius lagi. Keduanya memberikan inspirasi kepada kita bahwa setiap manusia sejatinya pasti diberikan ujian hidup oleh yang mahakuasa.

Seperti yang disampaikan Lindswell dan Ulay, sebenarnya kehadiran jodoh itu kadang bisa dekat sekali. Tinggal sebenarnya kita diuji untuk sabar dan membuka hati. Sekarang mereka hidup bahagia dengan dua buah hatinya yang lucu dan mengemaskan.

Credit foto : Koleksi Pribadi
Pasangan mantan atlet wushu Indonesia Lindswell Kwok (kanan) dan Achmad Hulaefi.

Walaupun mereka sudah tidak lagi menjadi atlet, eksistensi dan reputasi baik keduanya tetap menjadi inspirasi banyak atet wushu lainnya. Konsistensi, profesionalitas, dan keseriusannya menjalankan profesinya sebagai atlet dengan konsekwensi melanjalankan latihan yang ketat dan melelahkan bahkan jatuh bangun menerima rasa sakitnya kekalahan, semua telah mereka bayar dengan tinta manis prestasi dan nama harum bangsa Indonesia di dunia Internasional. Melalui wushu Ia menaikkan harga diri bangsa Indonesia di level dunia olahraga ini.

Maka wajar dan layak jika PB Wushu Indonesia sampai hari ini masih memberikan keduanya apresiasi, bahkan menyediakan ruang besar bagi mereka untuk terus membantu PB Wushu Indonesia memberikan edukasi, pengalaman, serta mentransformasi pengetahuannya sebagai bagian dari proses pembentukan jati diri untuk membentuk character building para atlet muda Wushu Indonesia.

Tak banyak atlet yang semanis dan seromantis perjalanan hidup mereka. Keduanya ditempa letih dan kerasnya latihan, jatuh bangun menapaki podium juara, tetapi tetap bersama dalam perjuangan dan kasih sayang, digawangi komitmen hati hari demi hari dalam penantian.

Sampai akhirnya berbuah manis di ujung pengabdiannya kepada bangsa dan negara.  Maka, sekarang memang sudah saatnya mereka kini membahagiakan dirinya sendiri untuk dan atas nama keluarganya.


Suka dengan artikel ini?

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


The reCAPTCHA verification period has expired. Please reload the page.