
Pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan di Indonesia Open 2024.
Usia tak menjadi halangan untuk berprestasi. Itulah yang diyakini oleh pasangan pebulutangkis gaek Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan. Di usia yang sudah di atas 35 tahun, keduanya masih terus bersaing di kompetisi level tertinggi.
Memang, jika diukur secara prestasi, keduanya sudah menurun ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Ahsan/Hendra gagal menembus Olimpiade Paris 2024.
Kendati demikian, mereka masih cukup bertaji di turnamen BWF World Tour. Peringkatnya masih cukup tinggi untuk bisa menembus kejuaraan dengan level Super 500 ke atas.
Saat ini, keduanya masih menempati urutan 16 di peringkat dunia BWF. Mereka masih berhak untuk ikut di Indonesia Open 2024 yang berstatus sebagai turnamen Super 1000.
Perjalanan keduanya pun cukup mulus. Ahsan/Hendra mampu mengalahkan wakil Thailand, Supak Jomkoh/Kittinupong Kedren, pada babak pertama lewat duel rubber game 19-21, 21-12, dan 21-13.
Meski menang, Ahsan/Hendra mengakui jika duel ini tak mudah. Apalagi, lawannya memiliki stamina yang lebih baik lantaran usianya yang masih muda.
Mereka juga melakukan banyak kesalahan di gim pertama dan kerap ragu-ragu dalam mengambil keputusan.
“Tidak mudah (menang). Gim pertama banyak ragu-ragu dan buru-buru jadi mati sendiri. Di gim kedua, strateginya kami ubah yang membuat temponya jadi lebih enak bagi kami,” kata Hendra selepas pertandingan di Istora Senayan, Jakarta.
“Harus kami akui, di gim pertama lebih banyak melakukan kesalahan. Alhamdulillah di set kedua dan ketiga bisa mengurangi kesalahan dan bisa menang,” timpal Ahsan.

Aksi Mohamad Ahsan/Hendra Setiawan di Indonesia Open 2024.
Namun, perjalanan mereka harus terhenti di babak kedua. Pasangan berjuluk The Daddies ini menyerah dari pasangan China, Liang Wei Keng/Wang Chang, yang merupakan unggulan kedua di turnamen ini.
Hasil ini sangat disayangkan sebab Ahsan/Hendra sejatinya sempat unggul lebih dulu di gim pertama 21-17. Namun, mereka kehilangan momen di game kedua dan ketiga dan menyerah 20-22 dan 18-21.
“Sayang ya sudah unggul tapi kalah. Mereka (Liang/Weng) waktu ketinggalan mengubah permainannya. Lalu, kami juga banyak mati sendiri terutama di bola-bola gampang,” tutur Hendra.
Belum menyerah kejar puncak tertinggi
Langkah Ahsan/Hendra memang sudah terhenti di fase 16 besar. Namun, mereka masih memiliki semangat yang tinggi untuk terus berkompetisi bahkan menggapai ranking satu dunia kembali.
Impian itu diungkapkan langsung oleh Hendra. Dia mengutarakan hal tersebut setelah ditanyakan soal motivasinya masih bertanding hingga saat ini.
“Kami selalu maksimal di setiap turnamen karena kami punya tanggung jawab ke sponsor. Hanya saja belum pernah juara lagi saja,” ujar Hendra sembari tersenyum.
“Tapi, semoga ke depannya peringkat kami bisa naik lagi. Maunya sih masuk top 10 lagi. Akan lebih bagus kalau bisa naik ke peringkat 1 lagi sebelum pensiun,” tambahnya.
Sebagai informasi, Hendra termasuk salah satu ganda putra yang unik lantaran pernah menduduki peringkat 1 dunia bersama dua pasangan, yakni Markis Kido dan Mohammad Ahsan.
Namanya lebih dulu meroket bersama Kido pada medio 2003-2012. Setelah berpisah dengan Kido, Hendra kemudian dipasangkan dengan Ahsan dan mampu menempati peringkat 1 dunia mulai 19 November 2013 – 6 Agustus 2014.

Aksi Ahsan/Hendra dalam sebuah pertandingan.
Kariernya bersama Ahsan juga sempat meredup hingga memutuskan berpisah pada 2016. Namun, keduanya kembali bersama mulai 2019 hingga saat ini.
Bersama dengan Ahsan, Hendra merasakan titel 3 Kejuaraan Dunia BWF, 1 Asian Games, 4 BWF World Tour, 9 BWF Superseries, 1 BWF Grand Prix, 1 BWF International Challenge.
Kembali ke pasangan Ahsan/Hendra, sejatinya mereka sangat memahami bahwa persaingan saat ini sangatlah ketat dan harus menghadapi para pebulu tangkis muda. Namun, bagaikan “tua-tua keladi”, mereka tak menganggap itu sebagai penghalang mereka menapaki puncak tertinggi.
Mereka saat ini telah membuktikan jika masih bisa menjaga konsistensi performanya. Hanya saja, mereka mengakui jika mereka harus berusaha dua kali lebih keras untuk menjaga kondisi ketimbang lawan-lawannya yang berusia di bawahnya.
“Harus bisa menjaga latihan dan pola makan. Kami gak bisa forsir seperti dulu dan lebih mengerti keadaan sendiri. Kalau merasa sudah cukup ya cukup. Di usia saat ini memang sudah tidak bisa dipaksa lagi seperti dulu. Yang penting tetap rutin latihan,” ujar Ahsan.